Sebelum sempat mendarat di bibir pantai, tiba-tiba tanpa malu tapi mau mirip tsunami tahun 2004 di Aceh menghantam  kedua sayap perahu beserta ayah.
Seketika ayah lenyap dari permukaan.Tanpa daya, kuteriak sekeras mungkin supaya ayah secepatnya mendapatkan pertolongan.
Kira-kira dua jam lamanya, setelah mendapatkan bantuan yang efektif, ayahpun ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.
Dengan nafas yang masih tersisa, kurangkul erat tubuhnya, di relung matanya yang bening tersimpan selumbung janji untuk menyekolahkan aku dan andreas sampai menggapai masa depan.
"Terimakasih ayah untuk semua ketulusanmu".
Ibu berlari dengan cepat, dipeluknya sang ayah, air mata pilu ditelannya, hanya terdengar deru gelombang dan rintihan mungil penuh ratap.
Kali ini, ayah benar-benar pergi dan takkan kembali lagi.
***
"Kamu kenapa Kheyla?' Tanya Reinard dengan nada ingin tahu.
Dua bahkan sampai tiga kali pertanyaan yang sama dilontarkannya untukku, namun untuk memberikan alasan atas apa yang menimpa diriku, aku harus berulangkali memandang gelombang  mencari sebagian raut wajah ayah yang menyembunyikan keegoisan dari tasik itu.
"Saya harap Nona jangan terlalu terbawa dengan situasi maut yang dengan kejam menyapamu di perjalanan mimpimu.Nona harus berani bangkit menenun fajar di pantai ini, agar tasik pun tahu engkau tidak lelap terbuai dengan sekeping sesal di hatimu.