Selembar kain batik Sekar Jagat
Selalu mengingatkan antara ada dan tiada
Kecantikan dan keindahan melingkup semesta
Dan harum bunga menyertainya
Serupa serat jiwa -- merogoh sukma" (Widiatmoko, 2017)
Dalam pemahaman Bambang Widiatmoko, batik Sekar Jagad merupakan serat jiwa yang mampu merogoh sukma. Asal kata merogoh sukma menurut Wikipedia adalah meraga sukma. Bagi Bambang Widiatmoko, Sekar Jagad merupakan simbol sacral yang mengantarkannya dalam penyatuan diri dengan alam semesta yang hanya dapat dicapai dengan keluar dari raga. Dengan demikian, kesatuan kosmos hanya dapat dialami dengan ruh dan bukan pengalaman fisik semata.
"Ragasukma (aksara Jawa: ; alternatif: ngraga sukma, meraga sukma; ejaan tidak baku: rogosukmo, ngrogosukmo) adalah sebutan untuk sejenis proyeksi astral yang dikenal dalam masyarakat Indonesia. Orang yang melakukan ragasukma dipercaya dapat mengeluarkan jiwa dari badannya tanpa menyebabkan kematian. Ragasukma dilakukan dengan tujuan perjalanan spiritual dan lain-lain." (https://id.wikipedia.org/wiki/Ragasukma, 2021)
Filosofi batik tetap berlanjut ke halaman 127 dengan "Sidoluhur" yang ditutupkan pada jenazah sebelum dikubur. Makna dari motif ini yaitu berupa harapan agar orang yang memakainya dapat mencapai kedudukan yang lebih tinggi sehingga dapat menjadi panutan di dalam masyarakat (Wijaya) bahkan hingga saat meninggal. Oleh karena itulah jenazah yang belum dimakamkan akan dilurubi atau ditutup dengan kain batik Sidoluhur hingga saatnya dikubur.
"Serupa denyut nadi aku memahami dan memaknai
Keluhuran hidup adalah tujuan akhir dari kehidupan
Seperti yang tergambar dari motif batik Sidoluhur