Lantas dalam deretan batu nisan
Selalu mengingatkan -- takdir seseorang
Di makam ini para peziarah datang
Untuk menyuncikan [menyucikan] jiwa yang tampak gersang
Lalu lahir batin siap menyambut ramadhan [ramadan]
Betapa ikatan naluri tak bias dilepaskan
Dalam kematian yang menunggu di pintu gerbang" (Widiatmoko, 2017)
Namun pada akhirnya Bambang Widiatmoko kembali mempertanyakan keinginan untuk mengenang perjalanan. Hal ini tercermin dalam puisinya "Ziarah Yang Tenggelam" pada halaman 166. Inilah kegelisahan silsilah manusia Jawa dalam pandangan Bambang Widiatmoko:
"Adakah keinginan untuk mengenang perjalanan
jika air telah menggenang di seluruh permukaan
aku telah kehilangan jalan dan kenangan