Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Arya Wirajaya, Sang Antimurtad

26 September 2012   09:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:39 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sosok berjubah hitam yang dipanggil dementor oleh Arya Wirajaya menyeringai lirih sembari membuka jubah yang menutupi matanya dengan lirih pula, suasana jadi bertambah sunyi senyap. Seketika itu pula Arya Wirajaya melihat mata kanan dementor yang ditutupi dengan bantalan mata berwarna merah menyala. Mata itu begitu menyilaukan hingga membuat Arya Wirajaya menutupi matanya dengan jari-jemarinya.

Ternyata, dementor hanya melihat menggunakan mata kirinya. Mata itu bak mata Krishna, di tengahnya berwarna hitam sangat cerah dan halus, di pinggirnya tergambar ribuan bintang, bulan, dan planet seperti sistem tata surya Galaksi Bimasakti.

Saat Arya Wirajaya menatap mata Milkyway itu, serasa ia tersedot ke dalamnya. Sekejap, ia melihat dirinya bersama istrinya, Rara Cahaya, melayang-layang  naik burung garuda emas menuju cincin terluar planet Saturnus sambil tertawa riang gembira.

"Woww... indahnya.... wuhuy......!!!!!"

Namun secepat kilat pula Arya Wirajaya sadar kemudian mengalihkan pandangannya pada jubah dementor yang sudah menutup kedua matanya. Seketika pula Rara Cahaya dan garuda emas menghilang. Raib entah kemana. Ternyata, itu hanyalah ilusi semata.

Suasana kembali sunyi senyap. Melihat ilusinya gagal total memperdaya Arya Wirajaya, sedetik kemudian, sekoyong-konyong.....

"Okay, kalau itu maumu, hai manusia angkuh. Akulah Blood Vorlemot, pemimpin para dementor di seluruh jagad raya ini. Cepat bersujudlah, cepat.....!!!!! Sebelum kesabaran saya habis, cepat.....!!!!!".

Gelegar suara Bllod Vorlemot tanpa ampun meruntuhkan pohon-pohon akasia, asam, kelapa, pisang, jati, waru, dan pohon-pohon lain di kampung Girigori.

Brukk... !! brukkk....!!! brukk..... !!! bum... !!! bum....!!! bum.....!!!!!

Nyaris seluruh pohon kecil dan besar yang ada di Kampung Girigori roboh bertumbangan. Hanya pohon nangka yang masih tetap tegak berdiri.

Arya Wirajaya teringat betul kalau tiang utama pos ronda yang kokoh itu dibuatnya bersama warga Kampung Girigori dari kayu pohon nangka. Pohon nangka meskipun sudah sangat jarang ditemui di Girigori, tetapi merupakan pohon yang dipercaya sangat bermanfaat bagi kehidupan penduduk Girigori. Selain kayunya bisa untuk kayu bakar, membuat bagian-bagian rumah, juga daunnya untuk makanan ternak kambing dan hiasan dolanan/permainan mahkota-mahkotaan bak raja-raja Jawa. Selain itu, buahnya pun sangat enak dan manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun