03.59.30 WIB
Srettt...srettt....
Tiba-tiba sebuah sosok hitam berkelebat di depannya. Sosok berjubah hitam yang sangat mirip dementor itu meliuk-liuk bak penari Tari Gambyong sehingga tak menabrak pohon nangka di samping pos ronda. Gerakan tubuhnya begitu lembut, begitu gemulai, tanpa meninggalkan suara. Sunyi senyap. Tetapi menebarkan hawa dingin yang serasa membetotot sumsung tulang.
"Allohu Akbar!!! Allohu Akbar!!!! Allohu Akbar!!!!"
Arya Wirajaya tak henti-hentinya berucap Allohu Akbar, yang artinya Alloh Maha Besar. Pandangan matanya menerawang sangat jauh sekali bak segaris lurus cahaya yang sangat cemerlang. Kecepatan cahaya yang sangat cepat sekali sehingga tak butuh waktu lama untuk sampai pada tujuannya. Pandangannya menabrak batu hitam di Ka'bah, tak bisa lagi menembus dindingnya. Lima detik kemudian, kedua matanya melihat sosok dirinya yang sedang bersujud di sebuah ruang bercahaya di dalam lubang batu hitam itu.
"Astaghfirulloh, betapa kecil aku di hadapan-Mu, ya Alloh, Rabbku Yang Maha Besar. Astaghfirulloh, betapa angkuhnya aku selama ini".
04.00 WIB
Srettt....srettt....srettt..... srettttttt......
Sosok berjubah hitam berkelebat lagi. Kali ini ia tidak sendiri. Wah wah... ia memimpin 212 sosok berjubah hitam duplikasinya yang berbentuk formasi pesawat F-16. Suasana di sekitarnya langsung terasa sangat-sangat dingin hingga menusuk bagian tulang yang terdalam.
“Pantas saja hawanya sangat dingin. Ternyata ada si pelahap maut itu”, batin kakek warga pribumi Girigori ini.
Sebanyak 213 dementor masing-masing setinggi 23 meter dan bertangan sepanjang 18 meter itu mendekat pada Arya Wirajaya yang tak henti-hentinya berucap, "Allohu Akbar!!! Allohu Akbar!!!! Allohu Akbar!!!!!"