Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebingungan Sang Laillatul Qadar

20 April 2024   22:39 Diperbarui: 20 April 2024   23:09 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau aturan kelompok orang tersebut diberlakukan dalam sebuah negara, yang semua warga negaranya hanya terdiri dari kelompok orang tersebut, ya sumonggo (silahkan) tentu tidak menimbulkan masalah.

Tetapi bila aturan dalam satu kelompok tadi diberlakukan dalam negara yang warga negaranya ada kelompok lain yang tidak seirama atau tidak sejalan atau tidak sepaham, tentu berpotensi menimbulkan masalah berupa polarisasi atau pembelahan di masyarakat bukan?

Jelasnya ada kelompok orang yang awal Ramadhannya lebih awal sehari dari ketentuan Pemerintah, dan yang penetapannya diumumkan lebih dulu dari penetapan Pemerintah. Dan bahkan menyarankan agar Pemerintah meniadakan Sidang penetapan awal puasa Ramadhan karena beranggapan bahwa apa yang ada dalam kelompoknya itulah yang benar, bukankah ini menunjukkan kesombongan yang amat sangat?

Nanti kalau ada orang yang mengatakan kelompok orang tersebut memecah belah warga bangsa marah, dan tidak terima.

Inilah contoh orang atau kelompok orang yang dikendalikan hawa nafsunya, sudah tidak dapat menggunakan akal sehatnya untuk menimbang mana yang baik, dan benar demi terwujudnya keharmonisan, dan kerukunan di masyarakat suatu negara dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sama -- sama kita cintai.

Al Qur'an surat Al Mu'minuun ayat 53. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).

Negara disuruh mengikuti kelompoknya. Padahal kelompok orang tersebut sudah melakukan kesombongan sejak lama dari tahun ke tahun, setelah puasa ya tetap sombong, apakah ini wujud keberhasilan dari puasanya?

Kalau kenyataan seperti apa yang telah diuraikan itu adanya, silahkan dinilai sendiri ...................

Apakah puasa kita selama ini telah berhasil meningkatkan derajat takwa atau 

hasil puasa kita hanya sebatas lapar dan haus belaka.

Sekedar intermezo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun