Kok seperti perilaku anak kecil saja, yang baru akan berbuat manakala ada iming -- iming diberi permen atau kembang gulo (Jawa). Dengan harapan setelah berbuat akan dapat menumpuk pahala sebagai bekal menghadap Yang Maha Suci. Benarkah?
Kalau kita mau menyadari sesungguhnya perbuatan yang kita kerjakan itu justru suatu perbuatan yang sia -- sia, mengapa? Ya karena perbuatan yang kita laksanakan hanya karena adanya iming -- iming atau pamrih mendapat pahala surga, dan bukan didasari atas keikhlasan dalam melaksanakan perbuatan apapun perbuatannya.
Hendaklah kita sadar, dan ingat (mendirikan shalat) bahwa semesta alam seisinya ini diciptakan Allah Yang Maha Suci, dan Maha Baik, jadi segala ciptaan yang tergelar di semesta alam seisinya ini sudah pasti keadaan, dan  kondisinya suci dan baik bukan? Â
Oleh karena itu hendaknya yang kita perbuat adalah bagaimana upaya kitaÂ
agar dapat menjaga, dan memelihara kesucian demi kelancaran kitaÂ
kembali ke sisi Yang Maha Suci pada saatnya nanti.
Karena ya hanya di sisi-Nyalah tersedia pahala yang besar,Â
bukannya dibalik mengumpulkan pahala sebanyak - banyaknyaÂ
sebagai bekal kembali ke sisi-Nya.
Apa -- apa yang diuraikan sebelumnya adalah merupakan gambaran pemahaman seseorang yang berhasil dalam melaksanakan puasa atau penggemblengan pengendalian dirinya.
Lalu bagaimana gambaran bagi mereka yang tidak berhasil dalam melaksanakan puasanya? Mari kita simak uraian selanjutnya.