Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebingungan Sang Laillatul Qadar

20 April 2024   22:39 Diperbarui: 20 April 2024   23:09 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan tersebut hanyalah gambaran bagi kita yang sedang melaksanakan latihan pengendalian diri selama berpuasa layaknya dalam kawah candradimuka dalam jagat pewayangan, jadi berpuasa itu ya jangan dilakukan hanya di bulan Ramadhan saja walau tidak disertai dengan puasa lahir. Atas keberhasilan kita dalam melatih pengendalian diri ini mudah - mudahan kesucian diri, kesucian jiwa, dan kesucian hati kita tetap terpelihara, dan terjaga sampai akhir hayat.

Jadi kesucian itu tempatnya ................................................

Tidak pada suatu tempat tertentu misal Mekah, tidak pada suatu hari tertentu misal Jum'at, 

dan tidak pada suatu bulan tertentu misal Ramadhan, 

tetapi sesungguhnya kesucian itu bertempat dalam diri kita sendiri.

Dalam keadaan suci inilah akan melancarkan diri kita kembali ke sisi Yang Maha Suci pada saatnya nanti, dan yang sesungguhnya disisi-Nyalah tersedia pahala yang besar. Karena dalam kondisi suci ini maka setiap perbuatan yang kita kerjakan akan suci adanya, walau dilakukan pada tempat atau hari atau bulan yang dikatakan tidak suci sekalipun.

Al Qur'an surat Al Anfaal ayat 28. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Dari penjelasan ini mudah -- mudahan dapat memberikan kejelasan bagi kita, bahwa yang..................

Dapat membuka pintu surga, dan membelenggu iblis, setan, 

dan sebangsanya adalah diri kita sendiri. 

Dari kenyataan tersebut handaklah kita tidak mudah terperdaya hanya karena iming -- iming pahala, dan surga lalu kita berbuat. Misal penceramah apapun sebutan dan predikatnya apakah kyai, ulama, ustad, habib  mengatakan melakukan perbuatan di bulan Ramadhan, dan hari Jum'at akan mendapat pahala yang berlipat ganda karena bulan Ramadhan adalah bulan suci, dan hari Jum'at adalah hari baik. Tanpa dinalar dan berpikir panjang langsung dikerjakan, karena yang mengatakan adalah orang yang selama ini sudah dipercaya mesti benar apa yang dikatakan jadi pasti pahala surga akan didapat, anggapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun