Sebagai bahan evaluasi mari kita kedepankan kejujuran, dan keberanian untuk melihat kedalam diri kita sendiri, kalau benar katakan benar, kalau salah katakan salah sebagai bahan untuk memperbaiki diri. Karena adalah suatu hal yang mustahil orang akan dapat memperbaiki kesalahan, dan kekurangannya tanpa mau melihat, dan mengakui kesalahan dan kekurangan dirinya sendiri.
Sebenarnya mudah untuk melihat ketidak berhasilan dalam puasa kita.
Seperti telah disinggung sebelumnya, boro -- boro meningkat derajat takwanya setelah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, membekas dalam dirinya saja tidak.
Untuk melihat puasa kita berhasil atau tidak ya kita kembali pada ulasan tentang Hari Raya Idul Fitri, yang dimaknai sebagai kembali fitri atau suci layaknya bayi yang baru lahir setelah berpuasa. Artinya seusai berpuasa sudah terbebas dari segala dosa, kesalahan, keburukan, perbuatan tercela lainnya, saling maaf memaafkan diantaranya, dan pernyataan ini mari kita pergunakan sebagai standar penilaian puasa kita berhasil atau tidak.
Mari dinilai sendiri secara jujur, dan berani mengakui kenyataan berikut.
Kenyataan membuktikan orang yang sebelumnya senang menjelek - jelekkan orang setelah berpuasa ya tetap senang menjelekkan orang, apakah ini wujud keberhasilan dari puasanya? Orang yang sebelumnya senang menghina orang setelah berpuasa ya tetap senang menghina orang, apakah ini wujud keberhasilan dari puasanya? Â Orang yang sebelumnya senang menebar berita bohong setelah berpuasa ya tetap senang menebar berita bohong, apakah ini wujud keberhasilan dari puasanya? Orang yang sebelumnya senang melakukan demonstrasi setelah berpuasa ya tetap senang melakukan demonstrasi, apakah ini wujud keberhasilan dari puasanya? Orang yang sebelumnya senang berbuat onar setelah berpuasa ya tetap senang berbuat onar, apakah ini wujud keberhasilan dari puasanya? Orang yang sebelumnya senang melakukan korupsi setelah berpuasa ya tetap senang melakukan korupsi, apakah ini wujud keberhasilan dari puasanya? Dan seterusnya, dan serusnya, dan seterusnya.
Bahkan ada orang atau kelompok orang yang senang menyombongkan diri, akibatnya membuat Kebingungan Sang Laillatulqadar.
Kita patut mengucap syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kita ditunjukkan langsung bahkan mungkin mengalami peristiwa yang menunjukkan wajah -- wajah kesombongan.
Peristiwa apakah itu? Penetapan awal Ramadhan 1445 H tahun 2024. Dengan demikian sudah dapat dipastikan bahwa di tahun 2024, di negeri yang sama-sama kita cintai ini awal puasa Ramadhan 1445 H dilaksanakan dalam waktu yang tidak bersamaan oleh warga bangsa.
Mengapa bisa demikian? Ya karena masing -- masing kelompok orang merasa paling benar cara, atau metoda penetapan awal puasa Ramadhan. Pertanyaannya, adakah yang namanya kebenaran itu lebih dari 1? Tentu jawabannya tidak ada!
Berarti ada yang salah dong! Ya memang pasti ada yang salah, tetapi umumnya orang amat sulit untuk mengakui kesalahannya sendiri. Bahkan tak jarang untuk ngeyem -- yemi ( Jawa ) atau menghibur masyarakat biasanya pemuka kelompok mengatakan, perbedaan itu indah.