"Dan yang ketiga, mulai pertimbangkan hadirnya anak-anak rohani dalam hidup Sampean berdua."
Sepulangnya Ibu dan Bapak Pendeta dari rumahku, kami berdua tercenung dan merenung. Mengapa bertahun-tahun ini aku hanya fokus pada keinginan mendapatkan anak dari rahimku sendiri. Ini memang tidak salah. Ini manusiawi sekali. Apalagi aku seorang wanita. Tapi kalau melulu hanya itu saja mimpi besarku, sesungguhnya aku egois.
Mengapa selama ini, kami tak pernah sedikit pun memikirkan hadirnya anak-anak rohani dalam kehidupan kami? Bukankah kalau mau, itu jauh lebih mudah diperoleh sebanyak yang kami mampu?
"Wah sayang banget ya Mas, tadi kok gak tanya sekalian pada Pak Pendeta!"
"Nanya soal apa?"
"Beliau kan ingatkan kita soal anak-anak rohani? Pikiranku langsung menuju ke pengasuhan atau pengangkatan anak. Secara hukum positif, itu memang sudah diatur prosedur dan legalitasnya. Tapi bagaimana perspektif alkitabiahnya?"
"Besok Minggu bisa kita tanyakan saja pada beliau," jawab suamiku, "Tapi menurutku pengadopsian anak itu sah-sah saja. Ingatlah ketika Musa diadopsi oleh putri  Firaun. Allah justru memakai pengadopsian itu untuk menyelamatkan bayi Musa. Bukankah waktu itu Firaun sedang menggenosida seluruh bayi laki-laki Israel?"
"Bayangkan saja, seandainya putri Firaun tidak mengadopsinya? Musa pasti akan dibunuh. Dia tak akan pernah menjadi pemimpin dan pembebas bangsanya dari perbudakan Mesir."
"Ada contoh yang lain lagi, Jeng. Karena Ester sudah tak punya ibu dan bapa lagi, maka Mordekhai mengadopsinya menjadi anaknya. Kembali Allah memakai cara pengadopsian untuk mengantar Ester menjadi permaisuri raja Ahasyweros. Yang pada akhirnya dipakai Allah untuk menyelamatkan bangsa Yahudi dari rencana genosida keji Haman. Jadi melalui pengadopsian, Allah mengerjakan karya penyelamatan-Nya yang besar." Imbuh suamiku meyakinkanku.
***
Pagi ini, aku berkunjung ke rumah Sopie. Dia adalah teman senasib dan sepenanggungan denganku. Yaitu sama-sama wanita yang belum punya anak. Padahal ia sudah menikah tujuh tahun yang lalu. Maksud kedatanganku untuk menyampaikan kepadanya soal rencana kami mengadopsi seorang anak. Siapa tahu, ia dan suaminya terinspirasi juga untuk mengikuti jejakku.