Pertanyaan kapan punya momongan, sudah puluhan kali kuterima. Dari keluarga dekat dan kerabat. Dari teman-temanku, atau teman-temannya suamiku. Pendeknya dari mana pun mereka, para kepowati itu selalu tak jemu-jemunya bertanya. Padahal mereka sudah tahu jawabannya.
***
"Widya, bisa kita bicara?" Tanya Larno, supirku.
"Ngomong saja, silahkan.....!"
"Nggak enaklah, ngomong penting kok di mobil."
"Ya silahkan nanti sore datang ke rumah..."
"Wah, ya aku nggak enak sama suamimu. Gimana kalau di tempat lain?"
"Datang saja ke rumah! Mas David lagi tugas di Surabaya kok.."
Larno yang supir perusahaan tempatku bekerja, sesungguhnya adalah temanku di es-em-a dulu. Juga adalah tetangga dekatku sendiri. Juga pernah menaksirku, tapi kutolak. Â
Karena terkena pe-ha-ka dan sudah setahun nganggur, dia minta tolong aku untuk carikan pekerjaan. Dan atas rekomendasiku, dia bisa diterima kerja di kantorku. Tapi lowongan yang ada baru sopir. Karena ia mau, ya masuklah ia di posisi itu.
Tugas utamanya ya mengantar jemputku dari rumah ke perusahaan dan sebaliknya. Juga mengantarku ke mana saja dalam rangka tunaikan tugas kantor. Jadi setiap hari praktis bersama dia semobil.