"Tadi mereka ger-ger-an tertawakan si Janda Kembang, Mely."
"Mely adiknya Bu Yuli itu?"
"Bener. Sekarang dia sedang jadi trending topic di kalangan mereka."
"Kenapa memang?"
"Mely diisukan jadi pelakor...."
"Haah...., beneran Lin?"
"Bener....aku tadi kan nguping sebentar di sana. Dan bukan hanya Mely. Anaknya ketua majelis juga sedang diperdebatkan. Kata mereka, Yoga baru saja ditangkap BNN."
Itulah yang paling aku benci. Obrolan-obrolan spekulatif yang ngelantur. Sinyalemen-sinyalemen yang belum tentu benar. Dan gosip-gosip liar yang tak bisa dipertanggung-jawabkan.
Setiap hari berapa juta topik perbincangan yang beredar dan menyebar ke tengah masyarakat luas. Ke berbagai pelosok, lingkungan dan komunitas. Di sekolah, di kantor, di warung kopi, di bandara, di pasar, di arisan dan di tempat lainnya. Bahkan sampai di tempat ibadah, termasuk gereja.
Apalagi dibantu dengan medsos, semua informasi dengan cepat merambah ke setiap pemilik gadget. Mending beritanya benar dan valid. Jika tidak? Maka otak jutaan orang terus-menerus akan terjejali dengan sampah, ujaran kecurigaan, kebencian dan fitnah.
Aku sendiri yang sudah 6 tahun menikah, dan belum punya anak, mungkin pernah juga jadi topik utama kongkow-kongkow para kepowati gereja itu.