Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Post Strukturalisme

4 Januari 2020   17:05 Diperbarui: 18 Juni 2021   01:29 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Filsafat Post Strukturalisme / Dok. pribadi

Dengan demikian ada, dalam pandangan Choat, sebuah paradoks mendasar di jantung proyek Foucault dan Deleuze: konsep mereka (biopower, disiplin, deterritorialisasi, dan keinginan produksi) sangat berguna untuk menganalisis modal, untuk menambah proyek kritis Marx, bahkan jika konsep Logika menyajikannya dalam bentuk oposisi statis, dan bahkan ahistoris, antara kehidupan dan kekuatan yang akan mengendalikannya. Situasi dengan Foucault dan Deleuze dengan demikian adalah kebalikan dari situasi dengan Derrida dan Lyotard.

Apa kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pertemuan antara post-strukturalisme dan Marxisme ini? Bagi Choat, ini bukan masalah menegaskan baik Marx atau post-strukturalisme sebagai pemenang, tetapi mendefinisikan materialisme baru. 

Choat mendefinisikan materialisme ini sebagai "bukan refleksi filosofis tentang materi, tetapi intervensi politik yang sadar akan kondisi materialnya sendiri dan konsekuensi potensial". 

Materialisme ini dihasilkan melalui persilangan Marx dan post-strukturalisme, menggabungkan kritik ontologi dan teleologi dengan fokus pada analisis konkret dari situasi spesifik, konflik kekuatan dan keinginan. 

Karena itu Choat menawarkan revisi yang luar biasa dari sejarah yang telah mapan, menunjukkan betapa jauh lebih produktifnya pertemuan antara Marxisme dan post-strukturalisme bagi perdebatan dan perpecahan lama.

Namun, pemisahan sejarah intelektual dari sejarah kekuatan dan konflik tidak hanya mengkhianati materialisme baru ini, tetapi juga menutup beberapa cara penting untuk memahami pertemuan ini, menempatkan perubahan pada bahasa dan subjektivitas dalam transformasi modal yang lebih besar. 

Choat, bagaimanapun, telah membersihkan debu dari perdebatan lama, membiarkan "orang mati menguburkan orang mati," menghasilkan sejarah intelektual masa kini yang diharapkan akan memungkinkan untuk bergerak melampaui sejarah intelektual, untuk memahami masa kini dalam hal kekuatannya dan konflik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun