Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebenaran Itu Belum Ada, yang Ada Hanya Pergeseran Perspektivisme

15 Oktober 2019   16:54 Diperbarui: 15 Oktober 2019   17:06 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, pendekatan  terhadap realitas tidak menuntut penghapusan perbedaan. Karena dalam pendekatan  , perbedaan "dikurung" tidak berdaya. Hanya dalam kedagingan manusia, perbedaan adalah penggunaan praktis. Jadi sebagai ganti mediasi, manusia harus sekali lagi mengalami kenyataan, sebagaimana adanya. Nihilisme dihasilkan dari pembedaan dan dari mengira Tidak Ada untuk Menjadi.

Selama korelasi antara melihat dan yang kasat mata, pendengaran dan yang terdengar, menggenggam dan berwujud, tetap mutlak, selama keterikatan manusia pada Ego tetap ada, selama Nalar adalah satu-satunya cara untuk mendekati kenyataan, masih ada Nihilisme. Selama metafisika tetap ontologi, manusia terus dihantui oleh kekosongan nilai dan dikendalikan oleh Alasan.

Namun, begitu manusia mampu "melihat yang tak terlihat, mendengar yang tak terdengar, memahami yang tak berwujud," seperti yang ditunjukkan oleh Lao Tzu, dan akhirnya begitu manusia tidak belajar untuk "mengendalikan," dan belajar untuk membiarkan semuanya berjalan dalam pencarian pertanyaan manusia, metafisika menjadi m-ontologi (studi tentang Tidak Ada). 

Alih-alih Nihilisme, Filsafat Sejati yang murni tidak muncul segera setelah manusia mulai belajar untuk "mempercepat pikiran manusia," seperti yang dikatakan Chuang Tzu dan mengalami diri manusia sebagai satu dengan kenyataan.

*] Bahan dan catatan kuliah Filsafat Ilmu, Program Pascasarjana Universitas Mercu Buana Jakarta, 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun