“Masa sih pukul 22.00? jam-nya kagak salah-kan?”
“Apa kita salah jalan?”
“Coba cek GPS-nya?”
“GPS pale lu peyang…sinyal darimana cin?”
“Kalo gitu lihat kompas….dan lihat lagi peta”
“Woles Cin! Bagaimana kalo kita rehat dulu?...mudah-mudahan cuaca sedikit ramah”
“Woles...woles...yang ada gue mules!”
“Udeh..udeh..kita rehat dulu aja…entu ide yang brilian cuy!”
Akhirnya diputuskan oleh ke-tiga-nya rehat sebentar untuk memastikan arah yang sedang dilalui. Mereka pun tidak menyia-yiakan kesempatan ini dengan sedikit membuka camilan dan minum air ‘bandrek’ yang masih hangat dalam termos kecil. Perlahan-lahan cuaca mulai ramah terhadap alam, nyanyian dedaunan dan bebatangan pun saling berlomba riuh, kini alam bertambah ramai dengan kehadiran suara serangga-serangga malam yang saling bersahutan. Kegembiraan penghuni hutan pertanda alam mulai kembali ramah dan membaik. Di langit, awan menyibakan kelambu sang rembulan yang sedari tadi malu menampakkan dirinya, cahayanya tampak berangsur menembus sela-sela dedaunan.
“Kabutnya menghilang cin!, cepat sekali alam berubah”
“Disini juga terang…indah banget itu bulan”