“Hei! Jangan kurang ajar kamu!”_”Aku tidak takut sama kamu..Kaladower!” Bentak-ku sambil mengejek Kalaweungit yang memang mulutnya dower kaya *Mick Jagger tapi lebih cakepan Mick Jagger, udah itu badannya bau banget kaya domba nggak mandi tiga bulan (Emang domba suka mandi yah?).
“Apa katamu? Aku Kalaweungit Panglima perang Nyai Ratu Lurikcakti penguasa Lereng Parakan Leungit, tidak takutkah kamu?”
“Aku tidak takut sama kalian, tak satupun yang aku takuti!”
Suara gamelan terhenti dan orang-orang yang berkerumun di halaman memandang ke arah kami, dan menyeringai penuh gembira dari celah bibirnya menetes air liur seperti serigala kelaparan yang menemukan seonggok daging dan tulang. Hanya aku yang masih bertahan dari rasa takut kedua rekanku telah termakan ketakutan. Ingin rasanya aku menjerit...berteriak meminta pertolongan...tapi aku percaya bahwa di atas langit masih ada langit, tidak ada yang mustahil di dunia ini...aku pasti dapat mengalahkan mereka seperti aku telah menundukkan ketakutan yang ada dalam diriku. Sekonyong-konyong Nyai Ratu Lurikcakti mendekat ke arah ku dan hampir-hampir saja menabrak tubuh ini.
“Hai! Kamu sudah berlaku kurang ajar pada panglima-ku, apa kamu sudah bosan hidup?”_”Aku akan memberi kamu pengampunan dan pengharapan”
“Apa maksud mu dengan perkataan itu?”Dengan sorot mata tajam aku berkata padanya,
“Anak gadis! Berani sekali kau menentang!”Ia berteriak sambil memperlihatkan taring tajamnya dan lidah yang menjulur seperti lidah kadal.
“Jika tidak Sang Panglima yang duluan berlaku tidak sopan tentunya, kami tidak seperti ini”
“Selain memberi pengampunan tadinya, aku akan beri kamu makan, minum, dan tempat istirahat...juga aku antar ke tempat kawan-kawan kalian”_”Namun, karena kalian membangkang maka kemurahanku akan berubah menjadi kemarahan!”
“Aku tidak takut Nyai! Sedikit pun hati tidak gentar” Aku berteriak sambil otakku berpikir mencari solusi dalam mengalahkan Nyai Lurikcakti, dengan keras aku berpikir sambil tetap siaga penuh....dalam beberapa saat otak ini ‘nge-klik’...byarrrr! teringat sudah dengan apa yang di kisahkan oleh pemilik warung jika berhadapan dengan Nyai harus tenang dan melakukan beberapa siasat agar tanpa sadar Nyai menyingkapkan kelemahannya. Aku minta Ulil dan Uchu untuk menyingkir dari arena, agar aku lebih sigap dalam melawan Nyai Lurikcakti.
“Hai anak gadis! Terima ini”Nyai menyemburkan ludahnya yang beracun seperti bisa ular cobra, aku melompat ke belakang mengelak...belum juga udara di telan, ia menyerang kembali dengan serangan yamg lebih mematikan. Kepalanya menyerang ke arah leherku dengan posisi mulutnya terbuka dan siap menggigit tepat di leher. Aku mengelak dan secepatnya membalikan badan ini kemudian, aku serang dengan senjata rahasia....Ceeeesssssstttt