“Dicopy…delapan enam….Balik kanan menuju TKP”
“Dilanjut 4Ever…keep smile…semangat!”
Akhirnya kami dapat terhubung juga dengan rombongan, hal ini tentunya menambah semangat kami naik kembali. Menurut estimasi kami, mereka berada tidak jauh dari tempat kami jika, mendengar dari informasi yang diperoleh dan juga suara yang terdengar kuat yang keluar dari walkie talki. Kami telah lama merencanakan perjalanan ini dan sebelumnya kami sudah menggali informasi mengenai lokasi yang akan kami kunjungi. Sudah menjadi program khusus bagi kami setiap selesai semesteran pastilah kami mengadakan kemah ke lokasi yang jauh dari wilayah tempat tinggal kami.
Untuk acara kemah kali ini kami memilih Gunung Papandayan sebuah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2.665 meter di atas permukaan laut itu, benar-benar memiliki keindahan yang luarbiasa. Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal diantaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Selain itu topografi dalam kawasan pegunungan ini memiliki tingkat kecuraman yang sedikit ekstrim, dan temperatur disini sekitar 10 derajat Celcius dengan tingkat kelembaban udara 70 – 80 %.
Selain itu Gunung Papandayan juga memiliki potensi Flora dan Fauna yang lumayan banyak serta diantaranya banyak yang masuk kategori langka dan dilindungi, jadi kami dapat menambah wawasan pengetahuan tentang ragam flora dan fauna. Diantaranya; Eldeweis (Anaphalis Javanica), Puspa (Schima Walichii), Suagi (Vaccinium Valium), Kihujan (Engelhardia Spicata). Sedangkan potensi Fauna kawasan diantaranya Trenggiling (Manis Javanicus), Kijang (Muntiacul), Lutung (Trachypitecus Auratus) serta beberapa jenis burung antara lain Walik, Kutilang, Elang Bondol dan lain sebagainya.
***___***
Kabut masih menyelimuti perjalanan menuju titik tujuan, langkah terasa semakin berat, dengan jarak pandang yang sangat sempit membuat perjalanan tertatih-tatih. Angin dingin menusuk setiap sendi-sendi disekujur tubuh, uap helaan nafas membumbung di udara. Dengan bantuan tongkat kami tetap melanjutkan perjalanan, berharap segera dapat bertemu dengan ‘penjemput’ yang dijanjikan.
“Sedari tadi perasaan belum sampai juga bro!”
“Kaki mulai letih nih!”
“Bukankah, estimasi kisaran 30 menit sampai di-tkp?”
“Menurutku, ini sudah lebih dari 30 menit lo”_”Nih lihat jam digital ku!…lihat kan, pukul 22.00…seharusnya pukul 21.25 kita sudah sampai”