“Kenapa malah diam?”
“Bingung *Teh, seharusnya hanya tiga puluh menit perjalanan...ternyata masih sangat jauh sekali”_”Kami juga sangat lelah sekali, jika di perkenankan boleh kami istirahat disini?”
“Boleh neng, sebentar saya ijin dulu sama *Nyai”_”Sebab ia yang punya rumah ini dan juga kepala kampung di sini”
“Baiklah Teh! Terimakasih”
Ternyata yang di ajak bincang-bincang adalah seorang gadis, yang kira-kira berumur 17-18 tahun berparas cantik dan bertutur sangat sopan. Kami yakin gadis itu pasti bukan anak pemilik rumah ini, karena ia memanggil pemilik rumah dengan sebutan nyai, hebatnya lagi nyai adalah seorang kepala kampung. Tepat juga kami mengambil keputusan ke tempat ini karena dapat menemui kepala kampung yang pastinya lebih mengenal wilayah dan syukur-syukur dapat menolong menemukan rombongan kami.
“Li...Liat cin!”Dengan gemetar Ulil menyahut, dan tangannya meremas pergelanganku dengan sangat keras belum rasa kaget ini reda tiba-tiba, Uchu mendekap dengan erat sambil mulutnya mendarat tepat di kupingku.
“Vi....gu...gule..ta..ta..uut”_”Entu Kala...kolor....apa dah...”Dengan terbata-bata dan kata-kata yang nggak karuan meluncur dari mulutnya,
Sebetulnya kaki ini lemas, dengkul terasa mau copot dan jantung kepengen lepas....tapi aku menenangkan diri agar tidak panik. Sebagaimana kedua rekanku yang panik, setelah melihat ke-anehan yang nyata. Yup! Kalaweungit ternyata ada didepan mata, padahal dia bertemu kami di bawah sana jauh sebelum kedatangan kami disini. Logika-ku mulai mengukur, apa mungkin seorang manusia bisa secepat itu sampai disini? Namun, aku tidak boleh terbawa halunisasi perasaan....it’s not real, i believe a Mighty God! Begitu aku memenangkan pertandingan batin ini.
“Selamat datang gadis-gadis cantik”_”Kita berjumpa lagi”Katanya sambil tangannya usil mencolek tubuh Ulil, sontak saja Ulil tambah gemetaran kemudian_
“Vi....ak..ak...ku..ngompol”
“Ak..ku...juga gak kuat Vi, lihat itu Nyai serem banget...iyyyy”Bisik Uchu ketelinga-ku