Kemungkinan-kemungkinan demikian dapat terjadi dikarenakan banyak faktor, eksternal maupun internal. Faktor eksternal misalnya, banyak bermunculan partai dan caleg baru yang memiliki kans politik yang begitu besar, baik dari aspek jejaring politik, otoritas, cost politik, media, Â relawan, kontribusi dan lain sebagainya.Â
Masing-masing caleg dan partai saling berkompetisi merebut basis massa konstituen politik pada setiap Dapil. Sementara faktor internalnya adalah kurangnya efektif dan maksimalnya kerja-kerja politik partai, kader dan media partai. Selain itu, termasuk faktor internal yang paling berdampak adalah terjadinya konflik di internal partai antara sesama kader-kader potensi partai. Belum lagi bersama dengan itu juga terdapat pelbagai kasus yang menyandera kader dan partai, semisal korupsi, public trust dan lainnya.
Yang Mesti DilakukanÂ
Sebenarnya banyak hal yang mesti dilakukan, baik oleh caleg dan partai politik maupun partisipan politik masing-masing caleg dan partai. Pertama sekali mungkin kita harus memperbanyak berdoa. Doa merupakan senjata yang paling ampuh bagi orang-orang beragama.Â
Setidaknya fungsi doa antara lain memberikan sugesti moral dalam melakukan ikhtiar sekaligus mengantisipasi peristiwa-peristiwa misterium yang terjadi di luar kalkulasi dan ikhtiar politik yang dilakukan. Ya, doa bisa mengawal pelbagai kemungkinan-kemungkinan politik yang telah dilakukan.Â
Doa bisa mengawalnya dari balik ketakberdayaan manusia, ia bekerja secara senyap melalui kekuatan maha dahsyat, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab, tidak ada yang mustahil dalam kamus doa. Semuanya menjadi mungkin dan bahkan wajib jika di sana ada titik perjumpaan antara ikhtiar dengan munajat doa.
Selain itu, paling penting juga untuk dilakukan adalah melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dari pelbagai penyakit hati dan sosial. Di antara penyakit hati dan sosial yang harus segera disemayamkan adalah penyakit kesombongan, yakni menolak kebenaran (batharal haqq) dan meremehkan orang lain (ghamtunnas). Banyak di antara kita terjangkiti penyakit al-kibr tanpa kita sadari. Wujud sombong pasal meremehkan manusia terbilang cukup banyak sekali.Â
Salah satu di antara sekian banyak itu adalah tidak merangkul orang lain karena pernah berbeda dan berseberangan. Belum lagi meremehkan orang karena memiliki kuasa politik atau karena merasa berada pada barisan orang-orang yang memiliki backingan kuasa politik yang kuat. Sehingga, seenaknya kita meremehkan orang lain yang berbeda dengan kita.
Terakhir, para caleg dan partai politik maupun partisipan politik harus bekerja dengan lebih maksimal lagi. Tidak hanya bekerja untuk caleg pada Dapilnya saja, akan tetapi bisa diperluas sayap kerja-kerja politik untuk Dapil lain yang memungkinkan untuk meng-up perolehan suara nasional partai. Untuk point ini bisa dimanfaatkan jejaringan, konektivitas dan relasi masing-masing. Semua partisipan yang mempunyai jagoan masing-masing pasti juga memiliki relasi antar provinsi dan lainnya.Â
Di sana bisa digerakkan relasi pertemanan, guru-murid dan lainnya untuk memilih caleg DPR RI dari partai jagoan kita pada. Kecuali memang relasi kolega juga memiliki jagoannya tersendiri pada Dapilnya. Karena, semuanya bisa membantu suara caleg jagoan kita sekaligus partai jagoan kita, sehingga caleg jagoan kita lolos bersamaan juga dengan lolosnya partai jagoan kita.***
Azis Maloko