Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Tiket Politik Calon Anggota Senayan: antara Suara Dapil dan Suara Nasional Partai

18 Agustus 2023   22:35 Diperbarui: 22 Agustus 2023   19:30 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemungkinan-kemungkinan demikian dapat terjadi dikarenakan banyak faktor, eksternal maupun internal. Faktor eksternal misalnya, banyak bermunculan partai dan caleg baru yang memiliki kans politik yang begitu besar, baik dari aspek jejaring politik, otoritas, cost politik, media,  relawan, kontribusi dan lain sebagainya. 

Masing-masing caleg dan partai saling berkompetisi merebut basis massa konstituen politik pada setiap Dapil. Sementara faktor internalnya adalah kurangnya efektif dan maksimalnya kerja-kerja politik partai, kader dan media partai. Selain itu, termasuk faktor internal yang paling berdampak adalah terjadinya konflik di internal partai antara sesama kader-kader potensi partai. Belum lagi bersama dengan itu juga terdapat pelbagai kasus yang menyandera kader dan partai, semisal korupsi, public trust dan lainnya.

Yang Mesti Dilakukan 

Sebenarnya banyak hal yang mesti dilakukan, baik oleh caleg dan partai politik maupun partisipan politik masing-masing caleg dan partai. Pertama sekali mungkin kita harus memperbanyak berdoa. Doa merupakan senjata yang paling ampuh bagi orang-orang beragama. 

Setidaknya fungsi doa antara lain memberikan sugesti moral dalam melakukan ikhtiar sekaligus mengantisipasi peristiwa-peristiwa misterium yang terjadi di luar kalkulasi dan ikhtiar politik yang dilakukan. Ya, doa bisa mengawal pelbagai kemungkinan-kemungkinan politik yang telah dilakukan. 

Doa bisa mengawalnya dari balik ketakberdayaan manusia, ia bekerja secara senyap melalui kekuatan maha dahsyat, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab, tidak ada yang mustahil dalam kamus doa. Semuanya menjadi mungkin dan bahkan wajib jika di sana ada titik perjumpaan antara ikhtiar dengan munajat doa.

Selain itu, paling penting juga untuk dilakukan adalah melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dari pelbagai penyakit hati dan sosial. Di antara penyakit hati dan sosial yang harus segera disemayamkan adalah penyakit kesombongan, yakni menolak kebenaran (batharal haqq) dan meremehkan orang lain (ghamtunnas). Banyak di antara kita terjangkiti penyakit al-kibr tanpa kita sadari. Wujud sombong pasal meremehkan manusia terbilang cukup banyak sekali. 

Salah satu di antara sekian banyak itu adalah tidak merangkul orang lain karena pernah berbeda dan berseberangan. Belum lagi meremehkan orang karena memiliki kuasa politik atau karena merasa berada pada barisan orang-orang yang memiliki backingan kuasa politik yang kuat. Sehingga, seenaknya kita meremehkan orang lain yang berbeda dengan kita.

Terakhir, para caleg dan partai politik maupun partisipan politik harus bekerja dengan lebih maksimal lagi. Tidak hanya bekerja untuk caleg pada Dapilnya saja, akan tetapi bisa diperluas sayap kerja-kerja politik untuk Dapil lain yang memungkinkan untuk meng-up perolehan suara nasional partai. Untuk point ini bisa dimanfaatkan jejaringan, konektivitas dan relasi masing-masing. Semua partisipan yang mempunyai jagoan masing-masing pasti juga memiliki relasi antar provinsi dan lainnya. 

Di sana bisa digerakkan relasi pertemanan, guru-murid dan lainnya untuk memilih caleg DPR RI dari partai jagoan kita pada. Kecuali memang relasi kolega juga memiliki jagoannya tersendiri pada Dapilnya. Karena, semuanya bisa membantu suara caleg jagoan kita sekaligus partai jagoan kita, sehingga caleg jagoan kita lolos bersamaan juga dengan lolosnya partai jagoan kita.***

Azis Maloko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun