"Ya, Kak juga Ka. waktu itu kak juga ikutan bilang tentang dahi ntum." Azizah ikut meminta maaf.
Terjadi keheningan sekali lagi. Aku menatap Azka perlahan. Tatapannya tidak dingin lagi. Ya Allah.. Kalau bisa aku mau langsung menangis saat ini juga melihatnya.Â
"Yo Kak. Azka minta maaf juga ya sama Akak. Azka langsung nuduh Akak ngejek, terus marah-marah." Azka tersenyum. pertama kalinya dia tersenyum padaku!
Aku mengangguk. saat Azka sudah pergi, aku langsung menangis dan memeluk Azizah. Aku tidak tau kenapa aku malah menangis. Azizah mengusap punggungku pelan.
"Udah ih, jangan cengeng. Perkara dimaafin doang kok nangis." Azizah menggodaku sambil tersenyum jahil.
"Biarin weh sesekali ana gini. Ana lagi bangga tau. Tadi ana habis takut banget, tapi akhirnya dimaafin." Aku mengusap air mataku.
Azizah hanya tertawa mendengarnya. Setelah aku kembali tenang, baru kami kembali ke kelas. Kami melewatkan jam istirahat karenaku. Tapi tak mengapa, dari pada aku dihantui rasa bersalah terus.Â
Sekarang aku paham. Kita tidak boleh mengejek orang lain. Apalagi menyakitinya. Itu bukan hanya akan berdampak pada orang yang diejek. Tapi juga berdampak pada pelakunya. Mungkin sebagian ada yang seperti aku, takut dengan kesalahaan yang dibuat. mulai sekarang, aku berjanji bu, tidak akan mengejek orang lain lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H