"Ya salah ntum sih Kia. Siapa suruh antum ngomong itu di dekat orangnya. Tapi kasihan juga cuma antum yang dia marahi. Eh, nggak jadi deh. Emang ntum juga sih yang ngomong begitu duluan, Azizah cuma mengiyakan. Minta maaf deh antum ke Azka. dari pada dia dendam kesumat pada ntum kan." Nadia menyeringai. Puas melihat muka cemberutku.Â
Aku mendengus kesal. Nadia bukannya membelaku malah mengatakan aku salah. Harusnya sebagai teman dia mendukungku. Lagian gimana caranya aku minta maaf ke dia. Aku juga bingung salahku apa. Takut juga karena dia marah banget sama aku. Masalahku malah jadi ribet begini. Huhh..
"Kia! Nadia! Perhatikan kalau guru sedang mengajar! Sedangkan kalau merhatiin guru belum tentu pelajarannya dapat, apalagi kalian ngobrol pas Dzah ngejelasin. Lainkali kalau Dzah lihat kalian ngobrol lagi, berdiri di depan!" Ustadzah memarahi kami berdua. Teman-teman yang lain pada melihat ke arah kami berdua. Malu banget rasanya, aku benar-benar sial hari ini.
setelah teguran itu, aku kembali fokus beberapa saat. Sesekali aku mencatat yang ditulis Ustadzah di papan tulis. Menit ke menit berubah menjadi jam. Bel istirahat pun berbunyi. Akhirnya bebas!
Teman sekelasku sudah keluar dari kelas untuk bermain. Sedangkan aku dan Nadia masih di dalam kelas. Azizah yang duduk di bagian tengah kelas berjalan ke arahku dan Nadia. Tersenyum.
"Kia, Nadia, main ke luar yuk. Ana bosan di kelas terus." Azizah mengajak kami keluar kelas.
"Ana nggak." jawabku singkat.
"Ayolah Kia.. Biar rame kalau ada antum. Ya kan Jah?" Ucap Nadia yang sependapat dengan Azizah.
Aku menghela napas pelan. Dua lawan satu. Sia-sia saja kalau aku mau berdebat dengan mereka. akhirnya aku mengiyakannya saja dan main ke luar. Dan apesnya, Si Pendek Baperan itu juga sedang di luar. Tamat sudah riwayatku sebagai kakak kelas yang dekat dengan adek kelas dan juga ramah. meskipun ramah biar bisa mengusilinya suatu hari nanti sih.
"Woi!" Azka kembali memanggilku seperti saat pertama tadi. tidak adakah cara menyapa yang lebih baik di pikirannya? dasar bocah tidak sopan.
aku sedikit gugup awalnya, tetapi berusaha tetap tenang. Azka sudah jalan menghampiriku. Nadia dan Azizah malah berdiri di belakangku. dasar teman tidak tau diuntung!