Mohon tunggu...
NurAysah Abbas
NurAysah Abbas Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menjejaki Esensi Kehidupan dalam Novel Pulang Karya Tere Liye

27 Februari 2018   08:30 Diperbarui: 28 Februari 2018   17:01 5083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu, di tengah hujan lebat, di dasar rimba Sumatra yang berselimut lumut nan gelap, sesosok monster mengerikan telah mengambil rasa takutku. Tatapan matanya yang merah, dengus napasnya yang memburu, dan taringnya yang kemilau saat ditimpa cahaya petir telah membelah dadaku, mengeluarkan rasa gentar. Sejak saat itu, dua puluh tahun berlalu, aku tidak mengenal lagi definisi rasa takut (hlm 1).

Aku mengenal sekali suara itu. Juga sapaan khasnya. Aku segera menoleh. Di depan pintu kamarku, Basyir berkacak pinggang, menatapku (hlm 232).

      Secara keseluruhan novel yang mempunyai tebal hingga 400 halaman ini mengembangkan cerita tokohnya dengan sudut pandang aku yang mengacu pada diri Bujang. Hal ini berarti narasi-narasi yang disampaikan terbatas, yaitu mengacu pada pengalaman, perasaan, pikiran, dan penglihatan oleh tokoh pencerita, dalam hal ini Bujang. Meskipun demikian, Tere Liye mengalami sedikit kekurangan dalam konsistensi penggunaan sudut pandangnya. Pada salah satu bagian dari novel ini, ada narasi yang disampaikan oleh Bujang padahal sebenarnya Bujang tidak sedang berada di tempat itu, misalnya pada contoh berikut.

"Aku tahu pemuda itu, sedikit. Dia satu kampus denganku di Amerika, menyelesaikan dua master sekaligus empat short-course dalam waktu singkat. Dia lulus dengan nilai sempurna. Tidak ada yang tahu latar belakang keluarganya (hlm 35).

Dialog tersebut merupakan interaksi antara calon presiden dan penasehat hukumya sedangkan Bujang justru diceritakan telah meninggalkan tempat itu.

      Setelah membaca keseluruhan novel Pulang karya Tere Liye, ada banyak sekali pelajaran hidup yang dapat diperoleh yaitu setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan yang tidak ia sadari sebelumya namun selalu ada kesempatan untuk berubah dan meninggalakan keburukan tersebut. Seperti itulah Tere Liye menyajikan cerita-cerita novelnya yang begitu erat kaitanya dengan pelajaran hidup sekitar kita.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun