Teriakkannya mampu membuatku gemetar.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi? Ada apa dengan ruang kerja ayah? Aku saja tidak berani menyentuhnya, mengapa ayah menanyaiku?" monolog ku dalam hati.
Jika menyangkut ruang kerja ayah, aku menjadi gelisah. Pasalnya tempat itu adalah segalanya bagi ayah. Tidak ada yang berani masuk selain dirinya, bagi ayah ruang kerjanya adalah privasi, bahkan bunda saja tak ia perbolehkan memasuki ruangan itu. Dengan tubuh yang masih gemetar, aku berjalan menuju ruang kerjanya.
"SIAPA YANG MEMASUKI RUANG KERJA AYAH?" ujarnya.
"tidak ada yah, Agnes juga tidak masuk ruang kerja ayah." Jawabku dengan ketakutan.
"LALU SIAPA LAGI JIKA BUKAN AYAH YANG MASUK RUANGAN INI?"
"Gawat ... apakah ada temanku tadi yang bermain di ruang kerja ayah saat aku sedang tidak melihatnya. Bagaimana aku harus menjawabnya, apakah aku harus menceritakan tentang temanku yang main kerumah." Ujarku dalam hati.
"JAWAB AGNES! HANYA KAMU YANG ADA DIRUMAH HARI INI!" matanya yang tajam mengintimidasiku seolah meminta jawaban pasti. Dengan sedikit keberanian aku memberitahu ayah tentang teman-teman.
"Maaf ayah, sebenarnya tadi pagi sampai siang, teman SD Anes datang. Mere-" belum selesai ku melanjutkan ucapanku ayah sudah lebih dulu memotong.
"APA KATAMU? MEREKA DATANG KERUMAH?"
Dengan suara lemas aku menjawab "iya ayah, maaf."