Mohon tunggu...
Khayra
Khayra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

menulis adalah cara terbaik mengungkapkan hal yang sulit terucap

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pintu yang Terkunci

13 Januari 2024   15:17 Diperbarui: 13 Januari 2024   15:32 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya aku tahu, teman SD ku Rangga yang mengambilnya. Dia bilang dia tidak sengaja mengambilnya dan memasukkan kunci itu pada saku jaketnya, lalu dia lupa mengembalikannya." Jawabku.

"HAH?! DEMI APA? PUNCAK KOMEDI BANGET COWOK ITU, DENGAN ENTENGNYA DIA BILANG LUPA? NGGAK HABIS PIKIR AKU SAMA ORANG ITU. CEPAT TEMUI AKU DENGAN ANAK ITU NES! AKU AKAN MENGHAJAR WAJAHNYA DENGAN PANCI KESAYANGAN IBUN!" Balas Jowie dengan rasa jengkel.

Aku tertawa dengan respon yang Jowie lontarkan. "Sudahlah Jo, itu juga sudah lama, mungkin dia memang tidak sengaja."

"Wah nggak bisa gitu Nes! Masalahnya dia itu nggak sopan banget dan ketidaksengajaan dia ngebuat kamu jadi kayak gini." Balas Hana

"Hahahahaha ... nggak apa -- apa, dia juga sudah meminta maaf padaku waktu itu kok, everything is fine now." Jawabku menenangkan.

"But Nes, Terimakasih ya kamu sudah mau berbagi cerita kamu pada kita, terimakasih sudah percaya pada kita." Final Hana sebelum akhirnya kita berpelukan, menyalurkan perasaan saling menyayangi dan melindungi satu sama lain.

Setelah aku menceritakan itu rasa tenang sedikit kurasakan pada diriku, apakah karena aku sudah berani melawan traumaku dengan menceritakan kembali cerita itu pada sahabatku atau aku lega dapat berbagi beban pikiran yang selama ini ku pendam pada mereka?

Entahlah, intinya sekarang aku tahu apa artinya bersahabat. Berbagi cerita senang maupun sedih, saling mendukung dan menjaga satu sama lain. Aku sangat bersyukur Tuhan pertemukanku dengan mereka. Mereka yang selalu menenangkanku di saat aku merasa dunia sedang tak adil pada ku, di saat aku merasa jika aku tak berhak bahagia dan merasa aku tidak seharusnya berada di sini. Jowie dan Hana selalu mengatakan bahwa aku berhak bahagia dan menemukan kembali jati diriku, mereka selalu meyakinkan ku bahwa semuanya pasti berlalu, dan pelangi akan segara hadir. Ayah dan bunda masih asik dengan dunianya hingga saat ini, entah kapan mereka akan menganggap bahwa mereka seharusnya merangkulku dan memelukku. Aku hanya berharap kedepannya ayah dan bunda akan memperlakukanku seperti Jowie dan Hana memperlakukanku. Mungkin jika aku tak bertemu mereka, Aku akan terus menghadapi semuanya sendirian. Aku sangat berterimakasih pada Jowie dan Hana, mereka adalah rumahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun