Mohon tunggu...
Khayra
Khayra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

menulis adalah cara terbaik mengungkapkan hal yang sulit terucap

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Dunia

24 Agustus 2023   19:51 Diperbarui: 24 Agustus 2023   19:58 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Lo denger? Katanya ada murid baru dari kalangan tikus."

"HAH?! Kok bisa orang orang dari kalangan itu masuk SKYHIGH!"

"Biasalah paling juga ngemis -- ngemis."

"Bakal jadi mainan barunya Zemora nggak si?"

"Hahahahaha pastilah"

"ITU BUKAN SIH ORANGNYA???!!"

Begitulah kira-kira obrolan murid-murid pagi hari ini setelah mengetahui berita terbaru yang ramai dibincangkan. Sedangkan seorang gadis dengan mata hazel serta rambutnya yang  ia ikat satu merasa kebingungan, ia berjalan menuju ruang guru dengan tatapan aneh yang orang-orang berikannya padanya.

Gadis dengan tinggi 167cm itu sekarang sedang menginjakkan kakinya sambil menggenggam tali tasnya dengan sangat erat, setelah diberitahukan oleh salah satu guru dimana kelasnya berada, kini disinilah gadis itu berdiri, di depan pintu bertuliskan 11-1. Ia mengetuk pintu itu dengan hati-hati karena takut menggangu pembelajaran. Setelah mendengar suara seorang wanita dari dalam yang menyuruhnya masuk, barulah iya memberanikan diri masuk ke dalam kelas tersebut.

"Semuanya, hari ini kita semua kedatangan murid berprestasi yang dapat masuk ke sekolah kita. Silahkan nak perkenalkan dirimu pada teman-teman." Sambut wanita dengan setelan jas biru tua yang terlihat rapih itu sambil melontarkan senyuman pada gadis yang kini berdiri tepat di sampingnya.

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan namaku Sabella Anatasya. Semoga kita bisa berteman baik." Ucap Sabella sambil melontarkan senyuman manisnya pada semua murid yang ada di kelas tersebut.

 Namun sayang, tak ada satupun dari mereka yang memberikannya tepuk tangan sebagai apresiasi untuk Sabella bahkan hanya sekedar membalas senyumannya pun tak ada, hanya keheningan dan tatapan tajam para murid yang sabella dapatkan.

"Silahkan Sabella duduk di bangku yang kosong." Perintah wanita tadi yang Sabella yakini adalah wali kelasnya.

Sabella hanya menjawab dengan anggukkan sambil berjalan kedepan melihat ke seluruh meja yang memiliki bangku kosong. Setelah melihat seluruh meja, akhirnya Sabella menemukan satu meja dengan bangku kosong dan salah satu bangkunya terdapat siswi yang sedang menunduk, Sabella duduk di bangku kosong sebelah gadis tersebut dengan menatap heran pada gadis yang akan menjadi teman sebangkunya itu.

*******

Bell istirahat telah berbunyi, Sabella memutuskan untuk tetap di kelas karena ingin menyelesaikan tugasnya yang belum selesai, sekaligus dia ingin berkenalan dengan teman sebangkunya itu karena mereka belum sempat berkenalan dan mengobrol. Sabella memutuskan untuk membuka percakapan dengan gadis di sampingya itu.

"Hai!!! Namaku Sabella. Nama kamu siapa?" lontar Sabella dengan penuh semangat.

Namun, gadis di sampingnya hanya menoleh padanya tanpa mengucapkan satu katapun, mereka bertatap -- tatapan. Baru kali inilah Sabella dapat dengan jelas melihat wajah gadis itu. Gadis dengan bola mata hitam pekat, hidung mancung, dan bibir yang memiliki warna cantik tersebut seolah mampu menyihir siapapun yang melihatnya di padukan dengan rambut hitam yang panjang serta salah satu sisinya di selipkan di telinga. Itulah yang kira -- kira Sabella lihat saat ini, ia merasa kagum pada gadis di depannya. Terlalu cantik, pikirnya.

"Sorry." Kata Sabella sambil menatap gadis itu. Ia merasa gadis ini tak minat berkenalan dengannya.

"Nama aku Dayana." Ucapnya dengan malu -- malu.

"Oh ... ha-hai Dayana ..." balas Sabella gugup.

"Kamu mau temenan sama ... aku?" lanjut gadis bernama Dayana tersebut dengan gugup.

"Why not? Harusnya gw nggak sih yang nanya kayak gitu hahaha gw kan beda sama kalian."

"kita yang beda sama mereka."

"Kamu hati -- hati ya sama Zemora dan teman -- temannya."  Final Dayana sebelum ada seorang gadis yang masuk ke kelas mereka dan memanggilnya untuk keluar.

Sabella merasa bingung dengan ucapan Dayana, "Zemora dan teman -- teman" siapakah mereka? Mengapa dirinya harus berhati pada orang -- orang yang di sebutkan dayana.

Sudah akan masuk mata pelajaran terakhir, tetapi teman sebangku Sabella belum juga masuk. Sabella merasa khawatir pada teman pertamanya itu, Sabella ingin menelepon tapi ia belum sempat bertukar nomor dengan Dayana.

"Dayana Rechellia A?" ucap seorang guru lelaki yang kini sedang mengabsen murid 11-1. Tak ada satupun dari siswa yang menjawab ucapan sang guru. Sabella ingin menjawab namun ia pun tak tahu kemana temannya itu pergi. Namun Sabella mendengar beberapa murid mengobrol dengan suara yang hampir tak terdengar.

"Hah bocah itu lagi."

"Palingan lagi main sama zemora."

"Hahahahaha kira -- kira mereka kali ini bakal main apa ya?"

"Yang pasti nggak akan kayak yang kemarin."

Hanya percakapan itu yang bisa Sabella dengar, "Zemora" ia tak salah dengar kan? Zemora yang tadi Dayana katakan pada dirinya. Namun Sabella merasa kebingungan "main sama Zemora?" bukankah dayana menyuruhnya untuk berhati -- hati dengan nama itu? Tapi malah dayana sendirilah yang bermain dengan Zemora. Sabella tak ambil pusing, mungkin Dayana tak ingin Sabella berteman dengan orang yang berbeda kasta dengannya, Sabella cukup sadar diri akan hal itu.

*******

Sudah hampir seminggu setelah kejadian Dayana yang tak kunjung kembali ke kelas hingga jam pulang sekolah setelah di ajak keluar oleh seorang gadis yang Sabella tak kenali itu dan sampai hari ini pun Dayana belum masuk sekolah. Hampir seminggu juga Sabella sekolah di sekolah kalangan atas ini, ia sudah mulai paham watak anak -- anak di sekolah ini, namun Sabella tak kunjung juga menemukan "Zemora dan teman -- teman". Yang ia tahu anak -- anak di sini menyebut mereka dengan "kalangan high" karena orang tua dari anak -- anak tersebut adalah donator -- donator terbesar di sekolah ini, belum lagi ayah Zemora yang katanya merupakan pemilik sekolah kelas atas ini. Sabella hanya bisa melongo mendengarkan percakpan para murid di sekolah ini pasalnya sangat berbeda jauh dengan kehidupan dirinya yang sangat sederhana, terlalu banyak culture shock yang dirasakan Sabella selama bersekolah di sini. Belum lagi banyaknya kasus bullying yang sering Sabella lihat namun sekolah hanya menutupi kasus -- kasus tersebut. Perbedaan kasta lah yang menjadi faktor utama maraknya hal tersebut di sekolah ini.

Sabella merasa heran, karena menurutnya orang -- orang disini sama -- sama memiliki uang yang banyak, mengapa masih harus ada "tingkatan" bukankah sekolah ini sekolah dengan murid -- murid kaya dan berprestasi? Hanya dirinya lah yang tak kaya.

Hingga saat ini Sabella belum memiliki teman selain Dayana, mereka menjauhkan Sabella dan setiap bertemunya, mereka selalu memberikan tatapan tak suka pada Sabella, untungnya Sabella bukan anak yang terlalu memperhatikan hal tersebut. Ia tak acuh dan hanya fokus untuk belajar agar mendapatkan beasiswa ke kampus impiannya. Sabella tak merasa iri pada mereka, ia merasa bersyukur masuk ke sekolah ini dan merasa bahwa dapat melakukan semuanya sendiri.

Seperti saat ini Sabella baru saja menyelesaikan bacaannya dan hendak membeli sedikit camilan di kantin sebelum bel masuk berbunyi. Saat dirinya hendak melangkahkan kakinya memasuki area kantin yang sangat luas ini, dirinya tanpa sengaja menabrak  seseorang dengan postur badan yang lebih tinggi dan lebih besar darinya. Saat Sabella lihat lagi ternyata seragam yang digunakan oleh pria itu sudah berubah warna menjadi coklat akibat kopi yang tersenggol karena tabrakan yang terjadi antara Sabella dan pria itu. dengan reflek ia mencoba membersihkan pakaian pria yang terkena tumpahan kopi itu.

"Astaga sorry ... sorry ... banget, gw nggak sengaja, aduhhhh gimana ya." paniknya sambal mengusap -- usap baju si pria.

"It's okay ... it's okay cukup." Balasnya

Setelah mendengar jawaban dari si pria, dengan segera Sabella menatap pada wajah si pria yang lebih tinggi darinya, mata mereka bertemu. Setelah kurang dari 5 menit mereka saling bertukar pandang, Sabella memutus kontak mata dengan si pria lalu beralih mencari nama dari sang pemilik kopi tersebut. "Sakala A.' nama yang tertera pada seragam si pemilik kopi.

Dalam hitungan detik Sabella mematung.

"Sakala? Sakala ... Abimana? Salah satu anggota kalangan High? Mati gw." monolognya dalam hati sambil menggerutu pada dirinya sendiri. Bisa bisanya sudah membuat ulah, dengan KALANGAN HIGH LAGI?!! Dirinya telah menyiapkan mental sekuat mungkin dengan apa yang akan tuhan rencanakan pada kehidupannya nanti.

"Lo nggak apa -- apa?" tanya Sakala.

" HAH?..."

"Gw nanya lo nggak papa?" tegasnya sekali lagi

"Oh .. iy-iya nggak papa kak." Balasnya dengan senyum kikuk

"Oh my ghost!! What's wrong with your uniform Sakala?" ucap tiba -- tiba dari seorang gadis yang mengahampiri mereka dan beberapa orang yang ikut berkumpul di tempat Sabella dan Sakala berada. Yang Sabella yakini adalah anggota kalangan high.

"Dia siapa?" lanjut gadis itu sambil menunjuk Sabella dengan tatapan tak suka.

"Nggak kenal, tadi dia nggak sengaja nabrak gw udah itu doang." Balas Sakala dingin.

"Sabella? Sabella anastasya? Orang dari kalangan bawah yang masuk kesini gara -- gara ibunya ngemis -- ngemis ke bokap gw biar anaknya masuk sini. Is that you girl?" kekeh gadis tadi sambil menatap jijik pada Sabella.

Sabella yang dikatai seperti itu tak tinggal diam, ia melihat nama yang tertera pada seragam si cewek dan terlihat jelas di situ bertuliskan "Zemora" ia kaget dan kesal dalam satu waktu. Persetanan dengan Zemora si pemilik sekolah, ia tak akan tinggal diam jika seseorang sudah membawa nama bundannya. Jelas -- jelas dia dapat masuk kesini karena kemampuan yang dia miliki bukan seperti apa yang zemora katakan.

"MAKSUD LO APA NGOMONG KAYAK GITU?!"

"HAHAHAHAHAH KOK MARAH? NGERASA YA?"

"bener kan. Ibu lo sampe sujud -- sujud di kaki bokap gw bahkan dia bilang dia rela mati biar anak kesayangannya bisa masuk sini. Nggak usah gengsi gitu dong, kalo miskin mah miskin aja." Ucap Zemora santai.

"PLAKK!!" suara nyaring yang terdengar begitu ngilu. Tangan Sabella begitu manis mendarat di pipi kiri zemora hingga meninggalkan bekas kemerahan. Hatinya begitu menggebu -- gebu saat mendengar Zemora menjelekkan bundanya.

Hal tersebut mampu membuat semua orang yang ada di sekitar sana memusatkan perhatian mereka pada Zemora dan Sabella.

"LO GILA? LO NGGAK TAU GW SIAPA? HAH?!! DASAR NGGAK TAHU DIRI." Dengan emosi yang membara Zemora mendorong Sabella hingga kepalanya bertabrakan dengan tong sampah di belakangnya.

*******

"Maaf."

"Apasih kak? Udah seminggu lalu loh? Masih aja minta maaf? Ini bukan salah kakak."

"Iya, aku minta maaf karena kelakuan Zemora waktu itu, dia kelewatan banget. Maaf ya?" ucap Sakala sambil tangannya bergerak mengusap lembut kepala Sabella. Yang di usap hanya bisa diam sambil menatap hangat si pengusap.

"Masih sakit?" tanya sakala sambal terus mengusap kepala Sabella.

"Nggak kok kak, it's feel better karena di usap kamu. Hahahaha."

"Yaudah, aku usap tiap hari biar makin cepet sembuh."

"Boleh kak ..."

"Makasih ya kak Sakala, udah selalu bantu aku padahal ini bukan salah kakak, tapi jadi kakak yang tanggung jawab. Aku nggak tahu harus bales kebaikan kakak dengan cara apa."

"Kalo aku liat jalan waktu itu mungkin kejadian kemarin nggak akan kejadian, maaf juga atas perilaku Zemora ke kamu sampe bikin kamu kayak gini." Balas Sakala sambil menatap mata hazelnut milik Sabella.

Kini mereka berdua sedang berbincang di ujung taman sekolah dengan pemandangan kota yang indah dengan angin sejuk yang menerpa kulit halus mereka. Setelah kejadian buruk yang menimpa Sabella kala itu hingga mengharuskan dia di bawa ke Instalasi Gawat Darurat karena  kepalanya mengeluarkan cukup banyak darah segar yang mengharuskannya memakai perban di kepala. Saat itu terjadi, Sabella pikir mungkin dia akan menjadi korban olokkan seluruh murid SKYHIGH apalagi Zemora dan teman -- temannya. Namun dugaannya salah, Sakala yang merupakan anggota kalangan high tiba -- tiba memberikannya snack "pepero" dan susu "milo" dan selalu menanyakan bagaimana keadaan kepalanya, apakah masih sakit, butuh ke rumah sakit lagi dan bahkan mengelus lembut puncuk kepala Sabella.

Awalnya Sabella mengira Sakala melakukan itu karena kasihan pada dirinya yang sudah sangat terlihat menyedihkan itu. Namun padangannya tentang Sakala Abimana itu salah, Sakala bukanlah orang yang dingin, tak punya hati bahkan kasar. Justru sifatnya adalah kebalikan dari apa yang orang katakan. Sakala adalah pria dengan hati yang lembut dan penuh kasih sayang, pikir Sabella. Satu sekolah gempar dengan kabar kedekatan antara Sabella dan Sakala dan hal itu memicu amarah Zemora. Zemora tak suka bahkan benci jika temannya berteman dengan orang yang berbeda level dengannya. Bahkan terkadang Zemora memperingati Sakala untuk menjauh dari gadis tak tahu diri itu.

"Stop deket sama si tikus itu Sakala!"

"She's not the same as us Sakala."

"Keknya lo bener di kasih pelet sama si tikus nggak tahu diri itu!"

"I TOLD YOU TO STOP SAKALA ABIMANA?! OR I WILL TELL YOUR DAD ABOUT THIS!"

"He won't care."

"Who said? He always care about you and your mom! Dia nggak akan pernah peduli lagi

 sama anak sial itu! Dan nggak akan pernah ngurusin kehidupan wanita tua dan anak  itu. And only focus on you and your mom Sak! Kamu nggak perlu repot -- repot lagi bikin hidup dia hancur!!"

"BERHENTI BAWA -- BAWA DIA DAN BUNDA! STOP BERLAGAK PALING TAHU TENTANG KELUARGA GW ZEMORA!"

"Sa-Sakala ...? Kamu bentak aku? Cuma karena perempuan yang kita nggak tahu asal usulnya gimana dan udah jelas -- jelas berbeda sama kita!"

"Apa kamu bakal ikut berubah juga kaya Raga? Ninggalin pertemanan kita demi cewek miskin kayak mereka?"

Kedua mata Zemora memanas, kaget karena bentakkan yang di lontarkan Sakala padanya. Sakala yang melihat Zemora yang mulai mengeluarkan air matanya itu merasa tak tega dan segera membawa tubuh sahabat kecilnya itu kedalam pelukkannya, memberi usapan halus pada punggung Zemora dengan maksud menenangkan Zemora dan sebagai permintaan maaf dirinya.

 

*******

Mungkin kalian bertanya -- tanya bagaimana kabar Dayana Setelah hari itu. Bersyukurnya setelah seminggu lebih, Dayana kembali masuk sekolah dengan menimbulkan begitu banyak pertanyaan unutuk Sabella. Saat Sabella bertanya alasan mengapa Dayana tak masuk selama itu dan apa yang terjadi disaat hari pertamanya masuk ke sekolah ini, Dayana hanya diam tak pernah menjawab pertanyaan itu meski Sabella menanyakan berulang kali.

Fakta baru yang Sabella ketahui tentang Dayana adalah Dayana merupakan korban bully Zemora dan teman -- teman. Sakala bercerita bahwa dahulu Zemora bukanlah orang yang suka menginjak injak orang, tapi permasalahan muncul ketika salah satu anak kalangan atas bernama Raga Laksamana ternyata menaruh hati pada salah satu siswi kelas 10 kala itu. Zemora tak suka akan hal itu, karena kenyataannya zemora juga menyimpan perasaan pada Raga. Zemora kesal karena Raga lebih banyak mengahabiskan waktunya untuk mendekati cewek itu dari pada berkumpul dengan anak high.

Ya, benar cewek yang di maksud adalah teman sebangku Sabella, Dayana. Sakala bilang, Zemora melakukan berbagai cara untuk memisahkan Raga dan Dayana hingga membuat Raga muak dan menjauhi kalangan high. Zemora berfikir alasan Raga menjauhinya karena Dayana. Zemora benci Dayana, apa yang dia punyai sebagai kalangan bawah hingga berani bersanding dengan kalangan atas, seharusnya dia tak pernah hidup di dunia ini karena dunia ini hanya milik mereka yang memiliki segalanya, pikir Zemora.

Saat tahu fakta mengejutkan tersebut, Sabella jadi paham mengapa Dayana tak pernah menjawab pertanyaannya itu. Sabella juga tahu dari Sakala bahwa saat kelas 10, Dayana adalah anak berprestasi, ceria, berbaur dan memiliki banyak teman di sekolah ini. Namun sayang ia diharuskan mengalami jahatnya dunia padanya. Rumah sakit merupakan rumah kedua bagi Dayana karena perbuatan Zemora. Begitu banyak luka yang Dayana rasakan karena ke egoisan seseorang.

Sabella merasa prihatin mendengar cerita bagiamana Dayana harus menjalani hari -- harinya di sekolah ini. Sesalah itukah menjadi orang yang tak memiliki banyak uang? Mengapa kita tak dapat menjalankan apa yang kita senangi? Mengapa kita harus merasa tak pantas bersanding atau sekedar berinteraksi dengan mereka yang berada di atas? Bukan dunia yang jahat tetapi manusia di dalamnya lah yang merasa bahwa mereka berandil besar dalam menentukan bagaimana manusia berinteraksi. Menciptakan suatu aturan yang dapat menyakiti begitu banyak hati. Apakah ini yang Tuhan inginkan? Apakah Tuhan menyukai hal ini? Bukankah kita semua sama di mata Tuhan? Mengapa mereka merasa merekalah makhluk terbaik di hadapan Tuhan? Mengapa harus ada tembok yang terasa begitu tebal dan tinggi yang sangat sulit untuk di runtuhkan antara kita dan mereka? Pertanyaan -- pertanyaan itu selalu muncul dalam kepala Sabella hingga rasanya kepala Sabella bisa pecah.

*******

 

Saat ini Sabella dan Dayana sedang menikmati makan siang berdua sambil berbincang -- bincang di ujung taman sekolah yang biasa Sabella datangi dengan Sakala.

"Eh aku jadi kepo deh kepanjangan A di nama kamu itu apa sih Day? Kok nggak ada di data sekolah pasti Cuma A doang,"

"Hahahahaha nothing special Bel."

"Marga Ayah kamu Day?" Tanya Sabella sekali lagi memastikan.

"Tumben banget ngomongnya aku kamu aneh tau! Seorang Sabella ngomong pake aku kamu." Balas Dayana yang tiba -- tiba mengganti topik tadi.

"Salah lagi gue."

"Btw, kamu mau apa buat ulang tahun kamu besok Day?"

"Aku pengen rayain ulang tahun berdua sama kamu, bisa?"

"Bisalah masa nggak! Maksud aku kamu mau kado apa gitu dari aku."

"Tadi aja udah jadi kado terindah buat aku Bel, jadi udah cukup banget."

"Yaudah kalo gitu malem sebelum ulang tahun kamu, aku bakal bawa kamu ke taman atas di pusat kota ya! Nanti kita rayain ulang tahun kamu bareng -- bareng terus kita foto!!!"

"MAUUUU BANGETTT ABELLLL!!!!" balas Dayana dengan begitu antusias.

Sabella begitu senang dapat melihat muka bahagia yang di tunjukkan oleh temannya ini walau menurut Sabella hal itu hal yang kecil dan sederhana. Memang terkadang kebahagiaan tak dapat di ukur dari sebesar apa dan semegah apa hal tersebut.

"Day emang kamu nggak mau rayain ulang tahun kamu bareng orang tua kamu? Pasti makin happy nggak si?" tanya Sabella yang membuat raut wajah Dayana langsung berubah drastis, Sabella merasa tak enak hati dengan Dayana. Mungkin seharusnya ia tak menanyakan hal tersebut.

"Ibu mungkin bakal benci hari itu Bel, dan ayah nggak akan pernah ada waktu buat aku sama ibu. Aku bukan anak yang seharusnya hadir Bel." balas Dayana dengan senyum getir.

"Udah nggak usah bahas itu pokoknya kamu harus rayain ulang tahun bareng aku bell! Nanti kita janjian di tempatnya aja okay? Janji!" final Dayana sambil mengulurkan jari kelingkingnya.

"Janji." Balas Sabella sambil membalas pinky promise yang temannya lakukan itu.

*******

 

Hari ulang tahun Dayana pun tiba, sekarang sudah menunjukan pukul 23.00 wib. Satu jam lagi Dayana akan berulang tahun dan Sabella sudah menyiapkan semua hal untuk merayakannya. Sebenarnya Sabella sudah tiba sekitar pukul 22.30 karena berencana akan menyiapkan barang -- barang dulu. Sampai saat ini Sabella belum melihat atensi Dayana di taman, ia berfikir mungkin Dayana telat. Namun nyatanya hingga pukul 00.00 pun Dayana tak hadir, Sabella berusaha menghubungi Dayana namun hasilnya nihil, tak ada satupun yang di balas oleh gadis itu. Akhirnya Sabella memutuskan untuk Kembali kerumah setelah menunggu Dayana hampir 2 jam sendirian dan memilih merayakan ulang tahun Dayana di sekolah besok. Berfikir mungkin Dayana merayakan ulang tahunnya dengan orang tuanya.

Senin pun tiba, Sabella memutuskan untuk datang ke sekolah pagi hari karena sudah berjanji untuk merayakan ulang tahun Dayana Bersama. Sabella dengar dari murid -- murid juga bahwa hari ini Raga akan Kembali bersekolah setelah mengahabiskan satu semester di London karena suatu hal, Sabella merasa Dayana harus tahu kabar ini. Dirinya kini tengah berjalan menuju kelas melewati gedung utama sambil membawa satu kotak plastik berisikan kue ulang tahun yang cantik berwarna biru muda. Saat hendak melewati gedung utama terlihat banyak anak -- anak yang berkumpul seolah menutupi sesuatu. Karena penasaran, Sabella memutuskan untuk menghampiri kerumunan tersebut. Betapa terkejutnya ia saat melihat apa yang terjadi, badannya seketika lemas dan tak mampu membawa kotak kue bertuliskan happy birthday tersebut. Seseorang terlihat terbaring dengan lemas di lantai dengan darah di sekelilingnya. Seseorang gadis tewas pagi ini di SKYHIGH.

Sabella semakin dibuat kaget saat melihat gelang yang hanya dirinya dan Dayana miliki berada di tangan gadis tersebut dan terkena darah. Kotak kue yang dibawa Sabella pun terjatuh dan hancur, begitu juga dengan dirinya yang terduduk lemas di tanah sambil menangis tanpa henti hingga Sabella tak ingat kejadian selanjutnya.

*******

Setelah polisi mengindentifikasi dan menyatakan bahwa itu mayat Dayana, sekolah jadi tak kondisif, banyak siswa siswi yang merasa shock atas kejadian pagi ini. Polisi juga menyelidiki dan menduga bahwa kematian Dayana bukanlah bunuh diri, seperti yang diduga murid -- murid, melainkan pembunuhan karena terdapat tanda tanda perlawanan dan tidak ditemukan tanda bunuh diri. Pernyataan dari polisi tersebut membuat banyak murid terkejut.

Raga yang baru masuk sekolah lagi pun merasa terkejut, bukan ini yang Raga inginkan saat kembali ke sini. Bukan ini kejutan yang ingin Raga dapatkan. Pujaan hatinya kini telah menjadi salah satu bintang paling terang di langit dan Raga tak bisa mengucapkan terima kasih dan maaf untuk terakhir kalinya.

 kondisi Sabella setelah kejadian itu, dirinya merasa kosong, tak ada semangat dan memiliki banyak pertanyaan, kepalanya terasa berisik.

"Kita udah janji Day mau rayain ulang tahun bareng, kita udah janji bakal ke pantai liat sunset. Ke taman kota sambil baca buku. Kok kamu malah ninggalin aku duluan? Katanya kita mau jalan bareng -- bareng?"

"Siapa orang yang tega lakuin ini sama kamu? Kenapa dia jahat sama kamu? Kenapa dunia harus jadi sejahat ini sama kamu Day?"

"Maafin aku yang nggak bisa jagain kamu ya Day ..."

Kata -- kata yang selalu Sabella ucapkan saat dirinya sedang duduk di ujung taman tempat mereka mengahabiskan banyak kenangan Bersama. Sabella menatap kosong langit seolah sedang berbicara dengan Dayana. Dirinya masih tak menyangka akan hal ini dan selalu berharap bahwa semua ini hanya mimpi.

Setelah penyelidikan yang dilakukan polisi, tiba -- tiba sekolah menyatakan bahwa pihak sekolah memberhentikan investigasi yang gencar di lakukan pihak kepolisian. Kurangnya bukti -- bukti atas kasus ini juga menjadi alasan polisi berhenti melakukan penyelidikan dan menyatakan bahwa Dayana bunuh diri. Sabella dan murid lain merasa heran seolah sekolah tak ingin kasus ini terungkap dan membiarkan ia lenyap di telan waktu. serta Zemora yang tiba -- tiba menghilang setelah kematian Dayana terjadi.  Menimbulkan kecurigaan bagi seluruh murid.

"Menurut lo siapa pembunuhnya?"

"Zemora nggak sih?"

"HAH?! Kok bisa dia?"

"Gw denger pas polisi manggil beberapa orang yang di mintai keterangan, kak Alica bilang kalo Zemora dateng ke sekolah malem hari tanpa alasan yang jelas saat kejadian itu terjadi tau! Terus abis itu dia nggak ada kabar lagi deh."

"Tapi bisa jadi sih soalnya kan Zemora udah lama nggak masuk sekolah abis kejadian ini kan?"

"Wah parah sih! Apa alesan dia lakuin itu ya sampe berani bunuh orang."

"Menurut gw karena kak Raga udah balik ke Indonesia dan Zemora nggak mau kalo Raga tetep jagain dan bela Dayana."

 

Saat sedang melewati kantin Sabella tak sengaja mendengar percakapan tersebut lalu terdiam sejenak. Apa bener Zemora yang melakukan ini? Hanya karena lelaki? Dan dia berani melakukan ini karena merasa kasusnya ini bisa di tutupi oleh ayahnya? Sabella tak terima, jika polisi tak bisa menyelesaikan ini maka dirinyalah yang akan mencari tahu sendiri kebenaran yang berusaha di tutupi.

Murid -- murid merasa prihatin pada mendiang Dayana yang kasusnya terasa dipaksa terputus oleh sekolah. Hingga beberapa murid membuat sebuah petisi yang di ajukkan berisi bahwa investigasi harus di lanjutkan dan di setujui oleh sekolah. Akhirnya polisipun melakukan investigasi ulang untuk kasus ini dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang kasus ini. Sabella merasa bersyukur dan selalu berdoa agar semua ini bisa selesai dan Dayana bisa tenang di sana.

*******

"Kak menurut kamu apa bener kak Zemora yang lakuin ini?" ucap Sabella pada Sakala di sela keheningan antara keduanya. Yang ditanya hanya diam sembari menantap Sabella.

"Kalo iya, kenapa kak Zemora lakuin itu? Kalo bukan dia, siapa yang lakuin ini? Aku belum bisa bantu Dayana sembuh dari lukanya, aku belum bisa bikin dia bahagia kak."

"Dia udah bahagia di sana Ella, udah ya? fokus sama diri kamu aja, jangan dipikirin, nanti kamu malah sakit. Aku nggak bisa jagain kamu kalo jauh." Balas Sakala

"Jauh??? Emang kak Ala mau pergi kemana?" tanyanya bingung.

"Nggak kemana -- mana kok."

"Kak Alaa jangan tinggalin aku ya? cukup Dayana aja yang jahat ninggalin aku sendiri. Kak Ala jangan ya?"

"Iya cantik! Lucu deh mukanya kayak anak kecil nggak dikasih permen. Hahahaha." Balas Sakala sambil mengacak -- acak rambut Sabella.

"Ihh kak Sakala aku serius tau!" ucap Sabella kesal.

"Maaf..."

Setelah sebulan dilakukan investigasi oleh polisi. Hari itu juga polisi datang kesekolah, para murid menduga bahwa polisi datang bukan lagi untuk mengumpulkan bukti melainkan untuk menangkap dalang dari kasus ini. Dan akan segera menangkap Dayana karena sudah Kembali bersekolah hari itu.

Dugaan para murid benar, polisi dateng membawa surat tangkapan resmi dan sudah menetapkan pelaku dengan satu saksi kuat yang berada di TKP yang baru muncul kemarin karena di culik oleh si pelaku. Polisi akan membawa pelaku untuk di tindak lanjuti di kepolisan. Dan betapa terkejutnya semua murid yang menyaksikan penangkapan tersebut karena pelaku yang selama ini di tuduh oleh semua orang bukanlah pelaku yang di maksud oleh polisi.

Sabella yang turut menyaksikan penangkapan tersebut di buat terkejut setengah mati. Hatinya lagi -- lagi merasa hancur. Mengapa Tuhan seperti ini padanya, mengapa Sabella di haruskan menerima kenyataan ini?

Dalam diam dirinya menangis, namun air mata Sabella sudah tak sanggup lagi keluar, dirinya merasa lelah dengan semua ini.

"Kenapa dari banyaknya orang harus kamu? Kenapa kamu lakuin hal ini? Apa salah Dayana sampe kamu tega lakuin ini."

Mata mereka bertemu, mata yang masih menatap hangat pada mata hazel Sabella. Rasa sesak merajam dalam dada Sabella, dia tersenyum hangat pada gadis itu sedangkan yang di tatap hanya mematung tak dapat melakukan apapun bahkan dirinya sudah tak ada lagi tenaga.

Sakala Abimana, pelaku dibalik kasus kematian Dayana A.

*******

Sidang atas kematian Dayana yang dilakukan oleh Sakala Abimana di adakan hari ini. Hari ini adalah sidang terakhir yang akan memutuskan hukuman apa yang berhak di terima oleh Sakala. Tentunya dengan berat hati Sabella datang untuk menyaksikan.

Saat Jaksa penuntut umum menanyakan dengan alasan apa Sakala membunuh dan apakah benar Sakala membunuh Dayana. Ada Sabella yang tengah gelisah menanti jawaban apa yang akan di ucapkan oleh Sakala, sebab selama sidang sebelumnya berlangsung, jawaban yang di berikan Sakala tidak mendapatkan hasil yang jelas. Sabella selalu berharap bahwa bukan Sakala orangnya. Namun Tuhan berkata lain, saat Jaksa menanyakan apakah benar Sakala membunuh Dayana, Sakala berdiri mengatakan.

"Ya, Saya membunuh dia. Dia berhak mendapatkan itu, bahkan kematiannya tak dapat menggantikan rasa sakit yang saya dan ibu saya rasakan. Saya belum sempat melakukan hal yang sama pada ibu Dayana. Saya tak suka melihat dia dan ibunya hidup tenang sedangkan ibu saya sudah tak dapat mengenali saya dan depresi akibat kehadiran mereka berdua, mereka telah menghancurkan keluarga saya. Saya tidak menyesal melakukan itu."

Ucap Sakala dengan matanya yang merah dan terlihat menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar. Hatinya terasa hancur Ketika dirinya harus mengingat ibunya yang menjadi hilang kendali saat mengetahui bahwa ayahnya memiliki perempuan lain dan telah memiliki anak lain selain Sakala. Sakala sakit melihat ibunya menjadi tak mengenali dirinya dan harus dirawat di rumah sakit jiwa dan selalu mencoba melukai dirinya sendiri akibat depresi yang dialami. Sakala benci akan hal itu.

Semua yang mendengar pengakuan dari Sakala itu terkejut bukan main tak terkecuali Sabella. Sabella shock mengetahui fakta yang baru saja ia dengar, dan tak tahu harus bereaksi apalagi terhadap situasi yang dialaminya sekarang.

"Jadi Dayana adalah saudari tiri Sakala? Dayana adalah anak yang lahir atas kesalahan yang dilakukan orang tuanya? Apakah ini sebabnya Dayana selalu merasa tak nyaman jika membicarakan orang tuanya? Ini alasan Dayana menyembunyikan nama akhirnya?"

Kini semua puzzle telah terpecahkan, dalang dibalik kematian gadis cantik tak bersalah yang sayangnya harus selalu merasakan jahatnya dunia selama ia berdiri di dunia ini, merasakan rasa sakit yang selalu ia pendam sendiri, tak ada pelukan hangat yang menenangkannya disaat dirinya hancur, kini rasa itu tak akan pernah dirasakan lagi olehnya. Selamat jalan Dayana Rechellia Abimana, berbahagilah di atas sana, jadilah bintang paling terang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun