Felix, kuakui orangnya cerdas. Berdebat pantang kalah, selalu taat teori. Pancasilais sejati. Tapi, biasanya orang pintar sangat kaku untuk urusan asmara. Bersaing dengan orang seperti ini aku akan gampang melewati. Kecil!
Namun, aku harus tetap waspada. Ketertarikan seorang perempuan terhadap laki-laki kadang kriterianya agak aneh. Makanya aku harus gercep.Â
***
Ini malam Minggu. Malam ini harus kucatat dalam ingatan; malam spesial. Aku sedang bersiap-siap menuju rumah Diah. Untuk pendekatan yang lebih dalam.
Astaga, kenapa aku harus nervous begini? Beberapa baju sudah kucoba, tapi belum ada yang pas. Akhirnya kupilih baju eman-eman. Kenapa aku sebut begitu karena baju itu sesekali kupakai. Baju lebaran kemarin.
Aku juga mengurangi dana setengah bungkus rokok untuk biaya cuci steam motor. Sudah, sudah kinclong.Â
Dan, berangkat!
Tapi, saat sudah dekat pagar rumah Diah, kulihat ada motor menuju ke arah yang sama. Saat kuperhatikan ...?
"Felix! Ngapain lu ke sini?"
Felix terkejut. "Hah?! Kau? Ngapa pula kau kemari?"
"Gua mau ke rumah Diah. Biasa, malam Minggu."