"Itu, itu nasi sisa yang saya jemur. Tak mungkin tiap hari ada orang hajatan, tak mungkin tiap malam ada tahlilan. Kalau sudah tidak ada makanan, nasi yang dijemur itulah yang saya makan."
Terdiam.
Kemudian orang dikagetkan lagi dengan suara Pak Slamet yang muntah darah, suara seperti orang yang mendengkur.Â
Tubuh Pak Slamet ambruk.Â
"Cepat! Cepat tolong Pak Slamet! Bawa ke rumah sakit!"
"Tubuhnya sudah kaku!"
"Mati?!"
***
Cilegon, 2019.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!