Podcast Wisnu akan menjadi viral, pikirnya.
Dua puluh empat tahun adalah waktu yang lama. Dunia seperti ketika bapaknya memerintah tak ada lagi. Negara telah menjadi entitas baru yang tidak akan dia kenali. Tetapi rencananya untuk maju menjadi lurah akan menjadi berita besar. Mantan Presiden ingin menjadi lurah sebuah desa. Mungkin Wisnu, sebagai satu-satunya jurnalis yang masih bertahan di situ, akhirnya akan mendapatkan peluang besar.
Mungkin aku akhirnya akan memegang kumisnya lagi ....
Quinna menutup matanya. Kenangan lama yang tercipta dari khayalnya membanjir, membuatnya hanyut terbawa gelombang pusaran ringan, memaksanya tersenyum bahkan ketika dia mencoba mengusir lamunan itu.
Dia ingat menggosok-gosokkan jarinya, merasakan tekstur brewok yang lembut seperti bulu kucing, dan dia bisa mendengarnya suara tawanya sendiri yang kegelian saat meminta bapak berhenti menggelitiknya.
Bapak dikirim ke penjara sebelum Quinna berumur satu tahun, namun dia tidak merasakan ketidakhadiran lelaki itu sepanjang hidupnya. Ibunya membuat Quinna merasakan kehadiran bapak di semua hari ulang tahunnya yang mereka rayakan secara diam-diam di bangunan istana kosong yang mereka sebut rumah, hanya mereka berdua.
Mama menceritakan kisahnya tentang bapaknya, tentang brewoknya yang lebat dan tebal dan tawanya yang lebar. Ibu menunjukkan video tentang bapaknya  sebanyak enam belas klip, masing-masing tidak lebih dari dua puluh detik, dia tertawa ketika Quinna menggelitik rambutnya, dia memberi makan seekor merpati, dia membelai seekor kucing, dia berpakaian seperti badut untuk membawa hadiah khusus untuk Quinna di hari ulang tahunnya. Apakah itu bapak, atau ibu membayar seseorang untuk menyamar jadi bapak?
Bapak adalah teman imajinernya semasa kecilnya, dan dia telah menunggu seumur hidupnya untuk bisa bertemu dengannya.
Untuk hari dia benar-benar bisa bermain-main dengan kumisnya.
Ribut-ribut di luar membuyarkan lamunannya. Quinna membuka mata, melirik sekilas ke jam digital di layar komputernya. Hampir tiga puluh menit berlalu sejak podcast Wisnu.
Terdengar nyanyian yang membahana di luar, lagu yang hanya dia lihat di film dokumenter tentang bapaknya. 'Pemimpin sejati! Wilogo! Hei! Hei! Wilogo!'