“Dengan bantuan semak-semak belukar?”
“Bisa juga.”
“Kau ini Joko.”
“Ehm, baiklah aku akan katakan.”
“Katakanlah!”
“Kita bisa mengumpulkan kekuatan dengan bantuan banyak orang yang bisa kita pengaruhi. Tak perduli siapa orang itu, meskipun parampok-perampok yang berkeliaran dialas-alas Tuban selatan ini atau siapa saja yang mau kita jadikan koloni, makanya aku ingin bertemu dengan Ki Baroto, siapa tahu beliau bisa memberikan sumbangsih pemikiran yang bisa kita jadikan pijakan ke depan.”
“Apa kita tidak berdosa Joko? Melibatkan semua orang hanya demi masalah satu orang yaitu aku.”
“Aku kira tak ada dosa jika niat kita baik Tei, niat kita adalah menghancurkan kekuatan yang mau berbuat dzolim. Bukankah Allah tidak suka dengan orang-orang yang dzolim dan semoga kita dijauhkan dari sifat itu.”
“Pintar kau Joko. Baiklah ayo kita lanjutkan lagi perjalanan ini Joko untuk mencari Ki Baroto. Sebelum hari semakin panas.”
“Baiklah Bah Tei.”
Setelah mereka beristirahat sejenak dan berbincang-bincang keduanya segera berlalu untuk meneruskan perjalanan. Mereka ingin mencari pondok Ki Baroto yang ada dibalik bukit. Mereka melewati semak-semak belukar yang banyak tumbuh memenuhi lembah bukit.