Memang benar sih Dirga itu anak orang kaya. Berbeda dengan dirinya yang dari keluarga yang cukup. Dikata kekurangan juga tidak. Kaya pun juga tidak, atau mungkin bisa dibilang sedikit? Walau begitu Renjana bersyukur karena kebutuhannya selalu terpenuhi sampai sekarang.
Dirga hanya tertawa menanggapinya. Kemudian mulai memakan cilok yang tadi ia beli diikuti Renjana. Mereka menggigit ujung plastik cilok kemudian memakannya melalui koyakan plastik yang mereka gigit.
Dirga makan dengan lahap hingga tak sadar jika ada saus dari cilok yang ia makan yang tertiggal di sudut bibirnya. Melihat sudut bibir Dirga yang terkena saus Renjana pun hanya berdehem pelan.
“Ehem.”
Dirga hanya menaikkan alisnya sembari melihat gadis itu. “Apa cilok yang ia beli terasa sangat pedas?” Pikirnya. Karena mendengar Renjana berdehem jadi ia berpikir gadis itu sedang kepedasan.
“Itu mulutmu belepotan.”
Oh ternyata mulutnya belepotan toh. Dirga pikir gadis itu sedang kepedasan. Ia pun mengangkat tangannya berniat untuk membersihkan mulutnya. Namun sedetik kemudian ia berencana menjahili gadis itu.
“Sebelah mana? Tolong bersihkan dong! Tanganku pegal sekali karena mendorong motor tadi.” Bual Dirga.
“Eleh apaan. Kita dorong motor berdua kalau kamu lupa. Alasan saja!” Gerutu Renjana
Namun tangan gadis itu bergerak perlahan menuju sudut bibir lelaki di depannya. Lelaki itu membeku. Jantungnya berdetak cepat. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman dengan pipi yang memerah hingga ke telinga.
“KAMU SALTING??? OMO-OMO!!!” Heboh Renjana saat melihat wajah Dirga yang memerah sampai ke telinga karena ulahnya.