Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok-Jarot Dikalahkan Ahli Nujum Kekuasaan, Mirip Cara SBY Unggul pada Pilpres 2009?

6 Mei 2017   09:30 Diperbarui: 6 Mei 2017   10:07 1852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Penulis punya pengalaman dengan menyaksikan. Seseorang memberitahu seorang teman baik dengan maksud baik pula. Tetapi reaksi teman baik tersebut sungguh di luar dugaan. Teman tersebut justru berkata dengan ketus: “Aku tidak butuh kau ajari!”  pertengkaran kecil segera terjadi dan memang segera usai. Penulis hanya terdiam dan segera menyadari bahwa yang kita kira baik dan benar ternyata belum tentu baik dan benar bagi orang lain. Sehingga salah paham dalam rumah tangga pun hal yang lumrah meski memang bisa disengaja.

      Tetapi sungguh sangat mulia  jika yang dihina tidak  merasa sakit hati karena dihina dan senantiasa konsisten memperlihatkan kemuliaan dirinya. Dengan menunjukkan sikap dan perbuatan mulia yang sesuai dengan makna nada suara yang jelas nyata dan benar  diucapkan.  Dan tak malu minta maaf dengan tulus bila dengan ucapannya ada pihak yang merasa tersinggung.

Pilkada DKI Jakarta 19 April 2017. 

       Hampir semua tokoh terhormat negeri ini tampak "sewarna" memandang bahwa pilkada berlangsung sangat indah, sukses dan demokratis. Selesai pilkada ketegangan pada masa kampanye melenyap dengan sendirinya.  Sudah selesai.  Semangat rakyat segera tampak sudah kembali mencair seperti sediakala. 

       Ada tokoh yang mengatakan bahwa sudah biasa ketegangan membudaya dalam masyarakat pada masa kampanye, toh kemudian akan mencair kembali. Walaupun seringkali ada kurban toh itu bisa segera dilupakan begitu saja. Itu sudah "biasa."  

       Hati-hati mencermati sikap dan pandangan demikian. Sangat bisa menyesatkan. Pada kondisi apa pun di dalam negara tidak boleh ada ketegangan dalam masyarakat. Apa lagi pada masa kampanye yang berkepentingan langsung dengan politik atau hak menggunakan kekuasaan tertinggi dalam tatanan bernegara. Sebab kegiatan politik tak pernah berhenti satu detik pun dalam kehidupan bernegara.

      Pengalaman bernegara menunjukkan. Selesai pemilu atau pilpres pertarungan politik tidak serta merta berhenti dan selesai. Sampai pada hari H pemilu atau pilpres berikutnya. Dan yang demikian sangat mengganggu kehidupan rakyat dalam bernegara sehari-hari. Gerilya politik di Senayan sampai di jalanan bisa merayap ke mana-mana sampai ke pasar-pasar tradisional dan tempat pembuangan sampah.

       Ketegangan—kepanikan, hanya boleh terjadi bila masyarakat menghadapi fenomena-fenomena perilaku alam, wabah penyakit atau ada gejala marak tindak kriminal yang seperti terorganisir berwujud tawuran, penjarahan dan perampokan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia. Tetapi semua pihak harus berusaha menenangkan masyarakat, Walau sangat mungkin justru ada sementara pihak yang bisa memanfaatkan situasi untuk kepentingan tertentu.

       Dugaan penulis. Kemenangan yang menang pada Pilkada DKI 2017, adalah sukses para "ahli nujum" meramalkan kemenangan yang akan menang. Dan sangat disadari oleh mereka bahwa tidak cukup hanya gencar kampanye dengan wawancara di televisi, youtube dan medsos saja untuk merebut sebuah kemenangan.

       Kampanye politik harus didukung pula dengan kemampuan mengorganisir dan mengkoordinir mahluk-mahluk yang disebut jin, setan dan tuyul yang umumnya di masyarakat Indonesia sangat dikenal sebagai mahluk “halus” atau disebut orang Jawa sebagai bongso lelembut.

       Ahli-ahli nujum inilah yang saat ini mahir dan giat menjual dan mempromosikan "kekuasaan." Mereka yang kreatif mengkoordinir segala jenis mahluk halus untuk berkolaborasi memenangkan merebut hak politik rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun