Menurut penulis. Pergolakan di negara-negara Timur Tengah tidak lebih adalah bentuk-bentuk penistaan agama.
Suatu saat di kemudian hari. Mungkin manusia tidak lagi perlu persoalkan penistaan agama. Yang dibicarakan adalah “wujud” bukti kebenaran agama yang pasti akan terjadi pada saatnya. Misalnya tentang hari kiamat, hari pembalasan, wujud dajjal dan kehadiran Iman Mahdi.
Sedang kebenaran saat hari ini adalah kebenaran yang disampaikan agama. Baik-buruk hari ini tak perlu dipersoalkan, yang penting disikapi dengan bijak. Tidak membiarkan persoalan kecil melebar ke mana-mana.
Hari ini harus menjadikan hidup dalam kenikmatan yang hakiki.
Keberadaan manusia, negara dengan Tuhan
Orang jawa mempunyai” ketuhanan atau mungkin fasafah hidup manunggaling kawulo gusti yang sering diucap manunggale kawulo marang gustine.
Arti harafiah dalam bahasa ndonesia “kesatuan mutlak hamba dengan Tuhan yang dipuja—Gusti.” Mengandung satu pengertian dan pengakuan bahwa “hamba dan yang dipuja satu perasaan, satu kehendak, satu tekad satu perjuangan.”
Kedua kalimat bahasa jawa tersebut, bagi yang bisa berbahasa jawa, sepintas seperti punya pengertian yang sama.
Pada hal menggunakan kalimat tersebut sangat tergantung pada kontek ranah pembicaraan.
Maksudnya, bila bicara di ranah kenegaraan, berarti “rakyat menyatu tidak terpisahkan dengan pemimpinnya.”
Bila bicara di ranah ketuhanan (kesempurnaan hidup). Bisa berarti “setiap pribadi menjadi satu dengan Gusti Yang disembah.” Antara yang menyembah dan yang disembah tidak berjarak.