Rachman menghela napas. "Baiklah, tenang, Pak. Kami akan lanjutkan penyelidikan. Tapi, sebelum itu, kami perlu memverifikasi beberapa hal."
Rachman mengutus Danu untuk memeriksa jalan sawah yang disebutkan Dudung. Mereka mencari bekas ban motor, jejak sepatu, atau benda lain yang bisa menjadi petunjuk.
"Pak Dudung, apakah Bapak bawa ponsel? Kalau ada, kami bisa cek riwayat lokasinya untuk memastikan rute Bapak tadi pagi," kata Danu. Dudung menyerahkan ponselnya. Danu memeriksa aplikasi peta dan menemukan rute yang memang melewati jalan sawah tersebut.
Di hadapan polisi lain, Dudung diminta menjelaskan ulang bagaimana pelaku muncul, menariknya, dan mengambil motornya. Dudung mampu menunjukkan detail gerakan yang konsisten.
Sore harinya, polisi menemukan motor Dudung ditinggalkan di pinggir hutan, dengan tangki bensin kosong. Rachman memanggil Dudung ke kantor polisi.
"Pak Dudung, kami menemukan motor Bapak. Tapi, kami masih menyelidiki siapa pelakunya," kata Rachman sambil mengembalikan kunci motor.
Dudung menangis haru. "Terima kasih, Pak. Saya kira motor itu sudah hilang selamanya."
Namun, saat Dudung hendak pergi, Rachman menatapnya tajam sekali lagi. "Pak Dudung, saya percaya Bapak. Tapi ingat, jika ada sesuatu yang Bapak sembunyikan, pasti akan terungkap. Dunia ini sempit."
Dudung hanya mengangguk, meninggalkan kantor polisi dengan perasaan campur aduk, antara lega dan takut.
Abstrak
Isra Mi'raj adalah salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam, menggabungkan pengalaman spiritual dan klaim perjalanan luar biasa yang melibatkan ruang, waktu, dan dimensi transendental. Namun, dalam ketiadaan saksi dan bukti fisik langsung, bagaimana kita dapat mengevaluasi kebenaran peristiwa ini? Artikel ini menghadirkan pendekatan inovatif berbasis psikologi pengakuan dan analisis forensik naratif untuk menilai validitas klaim historis dan transendental.