Kekaisaran Mongol mempertahankan stabilitas melalui mekanisme adaptif: Kompleksitas Tinggi: Struktur administratif yang efisien (sistem pos, hukum Yassa). Stabilitas Dinamis: Mengintegrasikan budaya lokal dengan aturan Mongol, menciptakan sinergi yang mengurangi resistensi di wilayah taklukan.
d. Titik Kritis dan Kehancuran
Ketika kompleksitas interaksi melebihi stabilitas (misalnya, konflik internal di antara pewaris Jengis Khan), kekaisaran mulai runtuh, mencerminkan prinsip Ct>thresholdC_t > \text{threshold} dalam teori kita.
2. Peradaban Islam: Dari Muhammad hingga Kekhalifahan
a. Awal Mula: Muhammad sebagai Node Awal
Peradaban Islam dimulai dari Muhammad, seorang individu yang memulai dakwah di Mekah. Node awal ini menciptakan interaksi pertama dengan individu-individu di sekitarnya: Interaksi Positif: Perekrutan pengikut yang loyal melalui nilai spiritual dan sosial. Interaksi Negatif: Konflik dengan kaum Quraisy yang menolak ajarannya.
b. Interaksi Level 2: Komunitas dan Negara
Setelah hijrah ke Madinah, interaksi berkembang menjadi level komunitas: Susunan Parameter: Kaum Muhajirin, kaum Anshar, dan kelompok non-Muslim. Model Stabilitas: Piagam Madinah sebagai alat untuk menciptakan sinergi antar kelompok.
c. Interaksi Level 3: Kekhalifahan
Di bawah para Khalifah Rasyidah, interaksi meluas ke wilayah yang lebih besar: Parameter: Militer, ekonomi, hukum, dan budaya. Kompleksitas Multi-Level: Integrasi wilayah yang berbeda dalam satu sistem administrasi.
d. Stabilitas dan Evolusi