Mohon tunggu...
Arta Yenta Harefa
Arta Yenta Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana/ NIM (43223010204)

Mahasiswa Sarjana S1-Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

TB-2 Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

29 November 2024   06:29 Diperbarui: 29 November 2024   23:22 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korupsi telah menjadi salah satu permasalahan terbesar yang menghambat kemajuan bangsa Indonesia. Fenomena ini tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merusak moralitas, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dan tatanan sosial. Untuk mengatasi korupsi, berbagai pendekatan telah dilakukan, mulai dari perbaikan sistem hukum hingga penguatan pengawasan. Namun, upaya tersebut belum sepenuhnya membuahkan hasil optimal. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi pendekatan yang lebih mendalam, seperti penerapan nilai-nilai kebatinan Ki Ageng sebagai fondasi dalam membangun integritas dan moralitas individu.

Kebatinan Ki Ageng adalah sebuah falsafah hidup yang berakar pada kearifan lokal Jawa. Konsep ini menekankan pada pengendalian diri, keselarasan dengan alam, dan kedalaman spiritual. Nilai-nilai yang diajarkan oleh Ki Ageng mengutamakan introspeksi, kejujuran, ketulusan, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, dan Tuhan.

Dalam filosofi Ki Ageng, manusia diajarkan untuk "ngelmu sejati," yaitu mencari ilmu kehidupan yang sejati dengan fokus pada kebaikan, keadilan, dan harmoni. Kebatinan ini mengajarkan bahwa harta dan kekuasaan bukanlah tujuan utama, melainkan alat untuk mencapai kebermanfaatan bagi sesama. Nilai-nilai ini relevan dalam upaya pencegahan korupsi yang sering kali berakar pada keserakahan, ketamakan, dan hilangnya nilai-nilai moral.

Hubungan Antara Kebatinan Ki Ageng dan Pencegahan Korupsi

  1. Pengendalian Diri sebagai Benteng Utama
    Salah satu aspek utama dalam kebatinan Ki Ageng adalah kemampuan mengendalikan hawa nafsu. Korupsi sering kali terjadi karena seseorang tidak mampu menahan godaan untuk memperkaya diri secara tidak sah. Nilai "eling lan waspada" yang diajarkan Ki Ageng mengingatkan manusia untuk selalu sadar akan akibat dari setiap tindakan yang dilakukan. Dengan pengendalian diri yang kuat, seseorang akan lebih mampu menahan dorongan untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum dan moralitas.

  2. Kejujuran sebagai Landasan Moralitas
    Kejujuran adalah inti dari ajaran kebatinan Ki Ageng. Dalam konteks pencegahan korupsi, kejujuran menjadi nilai fundamental yang harus dimiliki oleh setiap individu, terutama mereka yang berada dalam posisi strategis. Filosofi ini mengajarkan bahwa kejujuran bukan hanya tanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada Tuhan. Keyakinan bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan balasan sesuai dengan karma mendorong individu untuk selalu bertindak jujur dan lurus.

  3. Kesederhanaan dan Penolakan Terhadap Materialisme
    Kebatinan Ki Ageng menekankan hidup sederhana dan tidak berlebihan. Pandangan ini menjadi relevan dalam mencegah korupsi, yang sering kali dipicu oleh gaya hidup konsumtif dan kebutuhan untuk memenuhi ambisi materialistis. Dengan menjalani hidup yang sederhana, seseorang tidak akan mudah tergoda untuk menyalahgunakan kekuasaan demi memperkaya diri.

  4. Tanggung Jawab Sosial
    Salah satu ajaran penting Ki Ageng adalah rasa tanggung jawab terhadap masyarakat. Filosofi ini mengajarkan bahwa setiap individu memiliki peran untuk menjaga harmoni sosial dan kesejahteraan bersama. Dalam konteks pencegahan korupsi, nilai ini mendorong para pemimpin dan pejabat untuk memprioritaskan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau golongan.

Implementasi Kebatinan Ki Ageng dalam Upaya Pencegahan Korupsi Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Beberapa cara atau implementasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut:

  1. Pendidikan Karakter Berbasis Kebatinan
    Salah satu cara untuk menerapkan nilai-nilai Ki Ageng adalah melalui pendidikan karakter. Mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, nilai-nilai seperti kejujuran, pengendalian diri, dan tanggung jawab dapat diajarkan secara sistematis. Pendidikan ini tidak hanya berbasis teori, tetapi juga praktik, seperti mengadakan program yang melibatkan siswa dalam kegiatan sosial dan spiritual.

  2. Pelatihan dan Pembinaan bagi Aparatur Negara
    Aparatur negara memiliki peran penting dalam menciptakan pemerintahan yang bersih. Oleh karena itu, pelatihan dan pembinaan yang berbasis kebatinan Ki Ageng dapat dilakukan untuk meningkatkan integritas mereka. Program ini dapat berupa lokakarya, seminar, atau retret yang mengajarkan pentingnya kejujuran, kesederhanaan, dan tanggung jawab.

  3. Penerapan Etika dalam Sistem Pemerintahan
    Nilai-nilai kebatinan Ki Ageng dapat diintegrasikan ke dalam sistem pemerintahan melalui kode etik yang jelas dan tegas. Pejabat yang melanggar kode etik ini harus mendapatkan sanksi yang sesuai, sementara mereka yang menunjukkan integritas harus diberi apresiasi.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    13. 13
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun