Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rania #12 - End

18 November 2014   01:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:35 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kini hanya tersisa dia seorang . Teman - teman nya sudah mati di tangan nya & dia tak tahu apa yang harus dilakukan nya . Rahel terlihat begitu panik & khawatir , berjalan mundur , tapi dia terjatuh tersandung akar pepohonan .

" KAU TAKKAN BISA KE MANA - MANA LAGI ! SUDAH WAKTU NYA KAU MENYUSUL SEMUA TEMAN - TEMAN MU ! LIAT YANG DI SAMPING MU ! "

Rahel melihat Raka yang sudah tergeletak di tanah dengan pisau yang masih  menancap di perut nya . Kini dirinya benar - benar sudah berada di ambang pintu kematian . Tak ada harapan lagi . Mungkin sudah  waktu malaikat maut menjemput ajalnya .

" Aku mohon kasihanilah aku ... " ujar Rania sambil memelas . Terasa air matanya mulai menetes membasahi wajah ayu nya itu .

Perkataannya sama sekali tak digubris oleh Armand , malah membuat dirinya makain bernafsu untuk membunuhnya . Dia tersenyum jahat dengan tatapan bengis menatap Rahel yang sudah tak punya daya apa - apa . Dengan sigap , kedua tangannya memegang lehernya dan diberdirikannya .

Tangan kasar nya mencengkram leher Rania begitu kuat , sampai - sampai dirinya megap - megap .

" Ya Tuhan to.. to...tolong a..a..aku ... " begitu tersendat dan terbata - bata ucapannya . Dia memasrahkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa kalau dirinya harus mati di tangannya .

Rahel hampir kehabisan nafas dan matanya mulai berkunang - kunang , nafas nya tersengal satu - satu .

Sadar dirinya sudah mendekati ajal , sesosok bayangan putih , kemudian sudah berwujud perempuan , muncul di hadapan Armand . Melihat sosok ini , Armand sontak kaget dan melepas Rahel dari genggaman nya . Rahel juga terkejut mengapa Armand melepaskan cekikannya secara tiba - tiba , tapi hal ini sudah menyelamatkan nyawanya  . Denganlunglai , Rahel menyeret tubuhnya , menuju ke tempat di mana Raka t'lah tewas . Walaupun wajah nya masih terlihat pucat , terbatuk - batuk dan berusaha mengatur irama nafas nya kembali , sambil menangisi mayat Raka , Rahel mencoba mencabut pisau yang masih menancap di perut Raka .

Sementara itu dalam bayangan Armand , ia masih tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya . Rania betul - betul berada di depannya .

" Rania , apa yang kamu lakukan di sini ?! Bukannya kamu sudah mati ?! " mata Armand berkaca - kaca menatap Rania .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun