"Hampir tiga loh ...!" masih suara bom itu.
"Tiga apa nggak, hayooo?" suara bom itu malah nanya. Sagrip cekikikan sendiri. Bom gemblung, pikirnya.
"Udah ini? Tiga loh ya? Jangan nyesel!"
Tapi Sagrip sudah sampai di kamar mandi lebih dulu dan langsung menceburkan sepeda itu ke dalam bak mandi.
Byurr!
Terdengar suara 'psssh' dan keluar asap putih dari ban sepeda yang basah itu. Bomnya mejan. Sederhana sekali penanganannya. Seperti tidak terjadi apa-apa, Sagrip masih dengan ketenangan yang luar biasa kembali keluar. Sesampai di luar, dengan gaya keren dia berkata kepada Tri, Themel dan Margono yang menanti dengan harap-harap cemas, "Bom sudah dijinakkan."
Ucapan syukur dan kelegaan langsung menyambut. Tri memeluk Teguh dengan gembira, Margono memeluk pohon jambu.
"Kabar baiknya, hanya dengan mengganti roda belakangnya nanti, Teguh bakalan punya sepeda baru."
"Asiiikk ...!" sambut Themel gembira.
"Kabar buruknya, buat orang yang usil mengirim sepeda itu. Dia tidak akan bisa tidur tenang setelah ini."
Tangan Sagrip mengepal, tapi bibirnya tersenyum penuh arti. Tri jadi ngeri sendiri.