Perempuan itu duduk di depan cermin, menegaskan dirinya berkali-kali bahwa itu bukanlah mimpi. Bibirnya tersenyum. Beberapa perempuan tersenyum-senyum pula di belakangnya, salah satunya mulai mengerjakan rambutnya.
"Mbak Gadis kelihatan bahagia sekali. Positif. Saya suka," kata perempuan paruh baya yang mengerjakan rambutnya.
Gadis, perempuan itu, tersenyum.
"Saya hanya bahagia, Bu," katanya.
"Saya paham. Hari ini memang milik mbak Gadis."
Gadis tersenyum, matanya bercahaya menatap wajahnya di dalam cermin.
*****
Chapter I :Â Â Â Cinta yang terlalu muda
"Aku suka kau!" teriak Gadis saat itu, saat Damar untuk pertama kalinya membangunkan mimpi-mimpi liarnya pada kenyataan bahwa ada keindahan yang mungkin dimiliki oleh seorang lelaki dan keindahan itu telah benar-benar mempesonanya.
Damar, seorang pemuda cemerlang yang terpaut umur cukup jauh dengannya itu hanya tertawa.
"Maksudmu apa, Anak Kecil?" tanyanya sambil menyorongkan wajahnya lebih dekat ke wajah Gadis dengan sikap jenaka. Gadis bergeming. Bibirnya cemberut, tapi benar-benar dinikmatinya momen itu, momen di mana wajah Damar sangat dekat dengan wajahnya hingga bisa dirasakannya napas Damar menyapu keseluruhan wajahnya. Dadanya bergetar aneh.