Karena kecapean, istri saya hanya mengeksplorasi sampai Puncak Andong saja. Saya suruh dia turun dan menunggu di Puncak Makam. D isana ada "shelter" sehingga tak kepanasan. Dinamakan Puncak Makam karena di lokasi tersebut ada sebuah makam yaitu "Makam Kyai Joko Pekik (Syekh Abdullah Fakih)", Magelang.
Saya terus jalan menuju ke Puncak Alap-Alap. Saya pun melintasi trek yang sempit kanan kirinya jurang, sehingga populer dengan sebutan "Jembatan Setan".
Tak lama kemudian saya kembali ke Puncak Makam. Kami berdua istirahat sejenak. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 10:35 WIB, kami memutuskan untuk turun. Udara saat itu pun terasa panas sekali bersamaan kabut sudah mulai turun menutupi pandangan Gunung Merbabu, Merapi, Sindoro, dan Gunung Sumbing.Â
Namun turunnya kami tidak melalui jalur pendakian yang sama ketika kami mendaki (jalur baru). Kami memilih lewat jalur pendakian lama yang lebih pendek treknya. Saya pun mengambil kesimpulan, lewat jalur pendakian baru maupun jalur lama hampir sama tingkat kesulitannya.
Sesampainya di "Basecamp Sawit" kami beristirahat sambil makan siang di sebuah warung. Di bawah ini menu yang tersedia di "Pesona Warung Gunung", tidak saya tulis semuanya hanya sebagian saja:
- Nasi Goreng Rp12.000
- Nasi Rames Rp8.000
- Nasi Ayam dan Tempe Goreng plus sambal Rp15.000
- Indomie Rebus Rp6.000
- Teh Manis Rp3.000
- Nutrisari Rp4.000
- Jeruk Panas/Dingin Rp4.000
- Kopi Kapal Api Rp4.000
Kami memesan nasi ayam dan tempe goreng plus sambal. Minumannya Aqua botol dan es jeruk. Masakannya sebenarnya cukup enak, namun sayang tak ada lalapannya.Â
Sambil menikmati istirahat dan makan siang kami, dari jauh terlihat kabut mulai turun dari atas puncak Gunung Andong. Sepertinya sengaja menggoda kami tuk mendaki lagi di lain waktu.Â
"Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil" (Lukas 1:37).
Puji Tuhan istri saya akhirnya bisa merasakan sensasi mendaki sampai puncak Gunung Andong.