Sedangkan di hari-hari biasa cuma sekitar 200 sampai 300-an pengunjung. Wow fantastis sekali ya. Wisata pendakian gunung ternyata banyak peminatnya. Ini pun baru dari jalur pendakian via Dusun Sawit belum pendaki yang dari basecamp lainnya.
Kami beruntung saat itu langit terlihat cerah. Namun udara masih terlalu dingin bagi kami yang tinggal di negara tropis. Suhu udara di Dusun sawit di pagi itu mencapai 17 derajat Celsius!
Saya yang mendaki hanya memakai celana pendek dan kaos tipis lengan pendek badan terasa agak menggigil kedinginan. Namun setelah beberapa menit berjalan tubuh baru terasa hangat.
Tak terasa kami sudah menapakkan kaki ke jalan rabat beton sedikit menurun yang cukup lebar. Di sebelah kiri ada tiga kamar mandi berderet. Didepannya ada kotak kayu kecil dan diatasnya tertulis 2.000 dan 3.000.Â
Tak perlu dijelaskan pastilah tahu. Kalau naik gunung jangan lupa bawa uang receh yang cukup. Hawa dingin biasanya bawaannya pingin ke toilet.Â
Akhirnya sampai ke pertigaan masih jalan rabat beton. Ada sesuatu yang baru yang belum saya temui sebelumnya. Ada papan ikonik besar bertuliskan "Andong Via Sawit" paduan warna putih dan merah seperti warna bendera Indonesia dengan background Gunung Andong menjadi "landmark" cantik basecamp ini.Â
Setiap pendaki pun terlihat antre berfoto di sini. Ah saya malah kelupaan tidak berfoto disitu. Tapi cukuplah sudah diwakili istri saya.
Sepanjang jalan menuju ke pendakian Gunung Andong mata disuguhi keelokan "Gunung Sejuta Umat" dan tanah pertanian luas berhiaskan tanaman sayuran khas pegunungan, seperti kol, tomat, cabai dan labu siam.
Tak lama berjalan, akhirnya kami sampai gerbang masuk mengawali pendakian. Disitu ada tulisan melengkung besar "Pendakian Gunung Andong" dan dibawahnya tulisan lebih kecil horizontal, "Taruna Jaya Giri Sawit".Â
Mulai dari sini jalan sudah sedikit naik. Disebelah kiri ada tembok pembatas yang agak tinggi terlihat berundak-undak mengikuti jalanan dari batu alam tersusun rapi yang diperkuat dengan adonan semen.Â