Mohon tunggu...
Ravenz
Ravenz Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Halo guys.... Kalian suka baca cerita? Kalo suka tulisan Raven jangan lupa follow. Aku juga nulis di beberapa platform yang bisa kalian ikuti juga😉 Akun lain Novelme: Ravenz Karya karsa: https://karyakarsa.com/Ravenz IG: @myca_raven

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biar Ku Pergi Pada Cintaku

4 Februari 2022   13:14 Diperbarui: 4 Februari 2022   13:20 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan ke dapur, Jack mengambil sebuah botol kecil bening dengan isi obat tidur. Ia menyimpan untuk dirinya yang kerap kali mengalami gangguan tidur parah.

Jika pagi tadi di bangunkan tetangga, siang ini di bangunkan Sofia, sore nanti ia pasti bisa menyusul Jiya dengan sedikit rencana.

Memasukan kapsul kedalam gelas, Jack membuat dua minuman untuk dirinya dan Sofia.

"Minum itu, kita cuma butuh tidur sebentar. Gak bakalan mati," kata Jack mencoba menenangkan putrinya yang jelas terlihat ragu untuk meminum cairan bening dari gelas pemberiannya.

Pada akhirnya, ayah dan anak itu terlelap setelah meminum cairan yang telah terlarut obat tidur. Jack pada akhirnya bisa memegang tangan Jiya dengan tenang.

Di tempat baru ini … Jiya tak perlu memakai tingkat bantu untuk berjalan.

Di tempat baru ini … ia tak lagi di anggap gila. Karena hanya ia dan Jiya yang tinggal dalam dunia kebahagiaan itu.

Dengan tangan saling bertaut, keduanya berlari melewati bunga matahari yang tumbuh sepinggang Jiya, menikmati angin sepoi dan cuaca cerah.

Sementara pada kenyataannya, Dan serta istrinya dikagetkan keadaan rumah Jack yang begitu berantakan — kamar dengan bekas berantakan dengan dua sosok yang tertidur lelap.

"Kak! Bangun! Bangun!"

Dan coba membangunkan sang Kakak, tapi nihil. Justru Sofia yang terbangun karena mendengar suara rusuh. melihat wajah panik dua sosok di depannya, gadis itu menatap sang ayah yang telah memucat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun