"Kenapa kamu nangis, Elsa?" Tanya mama Abin, membuat gadis itu memperbaiki posisi duduk, melepaskan pelukan Abin.
"Soalnya kata Eden, kak Abin mau ngelamar ceweknya," Elsa berucap polos.
"Ya kan kamu cewek kakak, hmm? Maaf, kakak selama ini gak bisa jadi yang terbaik buat kamu, tapi kakak pengen berusaha jadi yang terbaik buat kamu. Mau engga nerima lamaran kakak?"
Air mata mengalir, membasahi pipi Elsa. Abin sedikit panik, menyeka wajah mantan kekasihnya yang memerah. Entah ia marah atau malu? Sementara ke empat orang tua yang menyaksikan itu hanya tertawa ringan.
"Kenapa kakak tanya lagi! Kakak udah tau jawabannya!" Elsa memukul dada bidang Abin.
"Gimana kakak bisa tau kalau kamu aja belum ngomong."
"Iya! Elsa mau! Elsa janji gak akan nakal dan lebih pengertian lagi, kak Abin juga harus janji buat selalu cinta sama Elsa."
Malam itu ... mereka resmi merubah status, dari mantan kekasih menjadi tunangan. Elsa sebenarnya mengungkit tentang Merry, tapi Abin merasa tugasnya telah selesai karena sahabatnya itu kini telah resmi menikah dengan Jack. Sekarang, gilirannya untuk kembali mendapatkan Elsanya.
Abin memang payah dalam mengungkapkan emosi dan perasaan, tapi ia mampu meyakinkan dengan tindak perbuatan.
"Ayo kita ulangi semua ... dari awal."
The end.