"Udah kak, lagian kak Elsa gak salah. Yang penting sekarang Merry gak papa," Merry berucap dengan suara lembut yang membuat Elsa semakin iri. Sebagai pacarnya saja, Abin sering mengatai Elsa cempreng dan menjuluki nya 'speaker rusak' keterlaluan.
"Beb, ayo pulang," Elsa pasti sudah menampar laki-laki di belakangnya karena kaget. Namun mengenali suara serak itu, Elsa hanya menoleh, mengeratkan pegangan pada jemari yang saling bertaut. Abin melingkarkan tangan di pinggang Elsa dari belakang, menyandarkan dagu di pundak pacarnya.
"Ya udah ayo, langsung ke rumahku aja ya," Abin mengangguk.
Sudah sejak beberapa bulan lalu, ketika Abin berkunjung ke rumah Elsa, entah dapat keberuntungan darimana ia dengan mudah mendapat restu. Dan hari ini saja ... karena ada urusan keluarga, Abin di beri kepercayaan untuk menjaga Elsa semalam.
"Gue cabut guys," Abin berucap, "Nanti jangan cari aku di rumah, aku nginep tempat Elsa."
"Ok."
Namun belum sempat Elsa melangkah bersama Abin, pacarnya itu melepas tautan tangan mereka, berjalan mendekati Merry, mengusap darah yang keluar dari hidung bangir sahabatnya.
Tak hanya Abin, Jack pun panik. Keduanya sepakat membawa Merry ke rumah sakit terdekat, bicara seolah tak ada Elsa di sana. Sungguh, perempuan bertubuh ringkih itu terabaikan.
"Bahkan kamu gak noleh sama sekali, kak? Kamu gak khawatir sama aku? Cih, payah."
🥀🥀🥀🥀
"Kira-kira ... sampe kapan kita bakal tetep bareng kayak gini, Kak?" Elsa menikmati pelukan Abin yang duduk di sebuah padang rumput. Pemuda itu memeluk kekasihnya fair belakang, membiarkan gadis itu bersandar manja sembari memainkan jemarinya.