"Arata, kamu tau tidak? Didalam pertemuan pasti selalu ada perpisahan. Tapi, tak semua perpisahan itu akan selamanya berpisah. Lihat lah induk burung, dia berpisah dengan anak-anaknya ketika akan mencari makan. Tetapi hal itu tak akan berlangsung lama. Dia akan segera kembali ketempat yang sama untuk bertemu kembali dengan anak-anaknya dan anaknya tersebut akan menyambut bahagia kedatangan induk mereka. Jadi Arata, jika suatu saat aku bertemu lagi dengan mu, maukah kamu menjadi teman ku lagi?"
Mendenger perkataanya tersebut, aku pun sedikit demi sedikit mengangkat kepalaku. Melihat ke arah wajah yang sering ku jumpai. Wajah yang selalu terlihat bahagia dengan senyumanya yang manis. Wajah yang telah merubah hidupku ini.
"Ya, tentu saja. Kita akan selalu menjadi teman."
"Syukurlah kalau begitu."
Di pun setelah mengatakan hal tersebut segera berbalik badan dan menuju kereta yang sudah menunggunya sedari tadi. Aku terus menatapinya dari belakang tanpa berbuat apa-apa. Melihat dia yang terus menjauh membuat perasaanku bercampur aduk. Perasaan yang belum pernah kurasakan selama ini. Setelah menaiki gerbong kereta, dia pun berbalik, menghadap kepadaku dengan memperlihatkan senyumanya yang manis.
"Arata, sampai jumpa lagi," sambil melambaikan tangan.
Pintu kereta pun tertutup dan perlahan mulai melaju, meninggalkan peron stasiun yang ramai ini. Aku terus menatap kereta tersebut hingga mulai tak terlihat lagi. Aku merasakan sesuatu yang mengalir di pipiku dan mulai berjatuhan ke lantai. Aku cepat-cepat menghapusnya dan kemudian mengucapkan salam perpisahanku yang sedikit terlambat.
"Sampai jumpa Sakura, dan terimakasih untuk semuanya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H