"Boleh-boleh."
"Boleh juga ka...."
Tak sempat menyelesaikan kalimat ku, tiba-tiba saja ada pesan yang masuk ke handphone-ku. Tertera pengirimnya ialah orang tuaku. Aku langsung membacanya dengan seksama. Semakin ku membacanya semakin berantakan pula pikiranku. Aku pun meminta izin untuk pulang lebih cepat dari yang lain dan meminta maaf kerena tidak bisa mengikuti acara ini sampai selesai. Padahal pada malam harinya kita berencan untuk melihat kembang api dan parade yang diadakan oleh taman hiburan ini.
Setelah meminta izin untuk pulang, aku langsung berlari menuju stasiun dengan sekuat tenaga. Setelah membeli tiket aku pun bergegas menuju peron tempat keretaku berada dan lekas memasukinya. Setelah melaju cukup lama, akhirnya aku pun tiba di stasiun tujuanku. Dengan tergesa-gesa aku kembali berlari menuju halte bus.
Sesampainya dirumah, aku melihat banyak orang berada di depan rumah ku. Aku bertanya kepada setiap orang yang ku kenal. Tetapi setiap jawaban yang kudapat selalu sama kamu harus sabar. Saat aku masuk, betapa terkejutnya aku melihat seseorang yang telah terbaring kaku di dalam peti mati. Itu kakakku. Dunia ini seakan berhenti berputar begitu saja.
Aku bertanya ke orang tuaku apa yang sebenarnya telah terjadi. Mereka menjelaskan bahwa dia mengalami kecelakaan lalulintas ketika pulang dari universitasnya. Dia ditabrak oleh sebuah mobil yang menerobos lampu merah ketika melewati sebuah persimpangan. Mendengar cerita tersebut, sedikit-demi sedikit air mataku mulai menetes. Dia adalah kakak yang selalu membantuku ketika aku berada dalam kesulitan. Dia juga yang selama ini membantuku belajar sampai aku mendapatkan peringkat ke dua di sekolah. Tetapi kini dia telah tiada. Pergi selamanya meninggalkan kami semua.
Ke esokan harinya aku tidak masuk sekolah karena masih merasa shock dan tidak percaya atas kejadian yang baru saja ku alami ini. Setelah tiga hari absen, akhiryna aku memutuskan untuk pergi ke sekolah karena aku tak boleh seperti ini terus. Tetapi meskipun aku telah masuk sekolah, aku belum berbicara sedikit pun dengan orang lain termasuk Sakura, Kei, dan juga Karen. Sakura yang melihat keadaanku yang seperti sekarang ini sering mencoba untuk menghiburku. Tetapi itu pun selalu tidak berhasil begitu pun dengan Kei dan juga Karen. Hal ini terjadi dalam waktu yang cukup lama. Dan selama itu pula aku menjadi diriku yang lama bahkan keadaanku sekarang ini lebih buruk dari sebelumnya.
Pada saat aku hendak pulang, aku mendengar namaku dipanggil oleh seseorang. Saat aku berbalik, aku melihat Kei yang sudah berada di belakangku. Dia memberitahuku untuk pergi ke ruang guru karena ada salah seorang guru yang ingin bertemu dengamku. Katanya ada hal yang harus dibahas dengan guru tersebut. Aku pun membatalkan niatku untuk segera pulang menaruh tasku dan lantas melangkahkan kakiku menuju ruang guru. Ada apa lagi ini, pikirku.
Tetapi ketika aku sampai di ruang guru, aku tidak melihat keberadaan guru yang sudah menyuruhku untuk datang ke sini. Aku berpikir guru yang sudah memanggilku lupa dan justru pulang. Aku pun kembali ke kelas untuk mengambil tas yang sempatku taruh tadi dan berniat untuk segera pulang. Tetapi ketika aku membuka pintu kelas, aku dikagetkan dengan kejutan yang dibuat oleh Kei, Karen, dan juga Sakura. Terpasang di belaknag mereka spanduk yang bertuliskan [You Are Not Alone].
"Ada apa ini?"
"Kami merencanakan ini supaya kakak tidak murung lagi."