Menurut teori kontrol sosial, manusia cenderung melakukan pelanggaran ketika mereka merasa bahwa tindakan mereka tidak diawasi atau tidak akan diketahui. Di lingkungan kerja, kurangnya pengawasan yang efektif menciptakan rasa aman palsu bagi individu untuk melakukan korupsi.
*Faktor Teknologi: Minimnya sistem audit berbasis teknologi di banyak instansi pemerintah Indonesia memberikan peluang besar bagi pelaku untuk menyembunyikan jejak mereka.
c. Rasionalisasi: Konflik Kognitif
Teori disonansi kognitif menjelaskan bahwa manusia cenderung mencari justifikasi untuk mengurangi ketegangan antara tindakan mereka dan nilai-nilai moral yang mereka yakini. Pelaku korupsi sering kali membuat pembenaran seperti:
*"Saya hanya mengambil sedikit."
*"Ini untuk kepentingan keluarga saya."
*"Semua orang juga melakukannya."
Dimensi Sosio-Kultural: Akar Budaya Korupsi di Indonesia
Indonesia memiliki kompleksitas budaya yang dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap korupsi. Beberapa elemen budaya berikut perlu diperhatikan:
1. Budaya Patronase dan Feodalisme
Budaya patron-klien, yang telah menjadi bagian dari struktur sosial Indonesia selama berabad-abad, menciptakan hubungan timbal balik antara pemimpin (patron) dan pengikut (klien).