“Kamu ….nggak keberatan kalau aku kenal dia, Dayyy….”
Terpaksa Dayat menjajal keberanian. Menatap wajah Gina secara langsung. Yang ditatap menyunggingkan senyum iklan pasta gigi kelas dunia. Ah, bukankah senyum itu mirip senyumnya Gina Lolo…artis kelas dunia.
“Aku sebenarnya lebih senang sama kamu, Dayyyy….”
Dada Dayat seperti diguyur es campur Mang Dayat yang mangkal di sudut alun-laun tak jauh dari sekolah.
“Bener, Gin?”
“Kau meragukan aku?” Gina menempelkan telapak tangannya ke dada sendiri.
Iih! Jelas benar kalau Gina serius. Tulus. Nggak seperti Lupus. Yang sukanya nggak serius dalam banyak hal. Ia memang bisa nyenengin cewek. Tapi ya setelah si cewek merasa in love gitu, malah lebih baik temanan saja. Ini seperti kisah Luna, Siska dan Atikah. Yang ditelantarkan begitu saja.
“Pokoknya, kapan-kapan, kamu mesti kenalin aku sama Lupus. Secara khusus,” tepuk Gina sambil berlalu. “Yuk, Daayyyy!”
Huh! Dayat mendengus seperti kereta api kuno kehabisan bahan bakar.
***
LUPUS nunggu Dayat yang berjalan ogah-ogahan. Cowok kerempeng itu memain-mainkan permen karetnya seperti biasa, dengan punggung menyenderkan ke pohon mahoni di jalan nan terik mentari siang itu.
“Pasti dia akan nanyain perkembangan proyeknya.”