Mohon tunggu...
Anom B Prasetyo
Anom B Prasetyo Mohon Tunggu... Peneliti, penulis, editor -

Lahir pada 12 Mei 1983. Penulis dan peneliti. Email: kalibenings@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KISAH DARI LENTENG AGUNG

8 Agustus 2010   12:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:13 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak awal gerakan ini bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara teokrasi, dengan agama Islam sebagai dasarnya. Dalam proklamasinya ditegaskan bahwa hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah hukum Islam, Islam menurut penafsiran sang imam, Kartosoewirjo.

Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk memproduk undang-undang yang berlandaskan syariat Islam.

Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Aceh.

Struktur NII Kartosoewirjo meliputi tujuh Komandemen Wilayah (KW). Masing-masing: Priangan Utara (KWI), Jawa Tengah (KWII), Jawa Timur (KWIII), Sulawesi (KWIV), Kalimantan (KWIV), Aceh (KWVI), dan Priangan Selatan (KWVII).

Dengan kekuatan tentara yang cukup terorganisasi, selama 13 tahun NII Kartosoewirjo melakukan pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah RI.

Perlawanan mereka sementara terhenti setelah sang imam tertangkap pada 1962 oleh Pasukan Kujang II/328 Siliwangi di Gunung Rakutak, Kecamatan Pacet Majalaya, Bandung. Melalui pengadilan Mahadper, pemerintah Sukarno menjatuhinya hukuman mati pada 16 Agustus 1962.

Pasca Kartosuwiryo, diangkat Kahar Muzakkar hingga tahun 1965. Pasca Kahar Muzakkar, NII vakum tanpa imam hingga Abu Daud Beureueh diangkat sebagai imam pada tahun 1974. Namun, tahun 1975 ia tertangkap dan NII kembali vakum tanpa imam.

NII kemudian diwarnai dengan munculnya faksi-faksi baru yang berujung perpecahan dan membuatnya terpecah menjadi dua kubu pada 1978-1979. Pertama, kubu Jamaah Fillah yang diketuai oleh Djadja Sujadi. Kedua, Jamaah Sabilillah yang dipimpin oleh Adah Djaelani Tirtapradja.

Keduanya petinggi militer TII, Anggota Komandemen Tertinggi (AKT) yang diangkat langsung oleh Kartosoewirjo. Karena "tidak boleh ada dua Imam", Djadja Sujadi dibunuh oleh Adah Djaelani.

***

DI MASA kepemimpinan Adah Djaelani inilah dibentuk KWVIII (Lampung) dan KWIX (Jakarta Raya, yang meliputi Bekasi, Jakarta, Tangerang dan Banten).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun