Mohon tunggu...
Bee Bonk
Bee Bonk Mohon Tunggu... -

hanya ingin berkata dengan hati yang bebas,.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tanpa Restu, Perjalanan Menjadi Berliku

27 Oktober 2013   17:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terus jawab apa? Jangan bilang, kalau belum ijin mau ke sini lagi ?"

"Bilangnya sih nganterin lw, cuma nggak bilang kalo ke Sukabumi. Bilangnya ke Lembang dan naik mobil."

"Mau di gantiin nggak ngendarain motornya ?"tawarku sambil memandangi wajah yang terlihat tidak tenang.

"Nggak usah, nanti kalo capek juga bakal bilang minta di ganti. Lagian kan pas berangkat udah lw yang bawa."

Tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama di pom bensin itu. Kita pun segera beranjak melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan yang kita lewati, hanya di kelilingi oleh hutan. Penerangan hanya berasal dari lampu sepeda motor yang kita kendarai dan lampu rumah penduduk bila posisi rumah tersebut berada di pinggir jalan. Kondisi penerangan yang minim, membuat kita hanya bisa menelusuri jalan. Sambil berdoa dalam hati, semoga jalan yang kita pilih tidak salah. Perjalanan yang sangat sepi dan senyap. Membuat kita terus mengeluarkan suara untuk mengusirnya. Salah satunya dengan bernyanyi, lagu apapun kita nyanyikan bahkan lagu dangdut sekalipun.

Perjalanan pulang terasa begitu lama, lebih lama dari perjalanan saat berangkat. Jalan yang kita lewati pun jalan yang terbilang cukup bagus. Kita tidak juga menemukan jalan jelek penuh batu seperti saat berangkat. Kita tetap berifkir positif thinking, berdoa semoga jalan yang kita lewati membawa kita menuju Sukabumi Kota. Tuhan sepertinya mendengar doa kita, akhirnya kita sampai di Sukabumi Kota. Meskipun jarak tempuh lebih lama, yakni selisih hingga sejaman bila di bandingkan dengan saat berangkat.

Aku menawarkan ke Kunyuk untuk menginap di rumah tanteku yang berada di Salabintana, Sukabumi. Mengingat malam yang semakin larut, dan mungkin saja lelah melandanya. Kunyuk menolak, dan kita pun melanjutkan perjalanan menuju Bandung. Melewati Cianjur, kita berhenti kembali di minimarket. Membeli beberapa minuman penyegar untuk mengahalau rasa kantuk.

"Gantian ya, bawa motornya." tiba-tiba Kunyuk bersuara.

"Oke."

Aku mengendarai kembali, membawanya pada kecepatan tidak terlalu tinggi. Saat akan memasuki daerah Cipatat, tiba-tiba ban motor depan kempes. Motor pun mulai ongleng, kehilangan keseimbangan.

"Nyuk Nyuk yah yah jatuh Nyuk jatuh." Aku hanya bisa berucap itu hingga akhirnya kita jatuh. Tubuh dan motor yang kita kendarai menghantam aspal. Kejadian yang begitu cepat, selang beberapa detik. Aku langsung terbangun, melihat Kunyuk yang terjatuh tidak jauh dariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun